Masih ingat cerita dua hari lalu soal maruk? Hari ini sang narasumber menghubungi sendiri Account Executive saya yang cantik. Isinya bahwa ia bercerita bahwa beberapa hari yang lalu manajemennya melaporkan soal angka-angka dan tiba-tiba hari ini ia mendengar kabar bahwa kami membatalkan rencana kerja sama. Permbatalan ini mengejutkan baik pihak manajemen dan sang narasumber. Mungkin mereka tak mengira kami seserius ini soal kemarukan. Mungkin mereka pikir ini cuma gertak sambal aksi tawar menawar kami. Mereka salah, ini soal prinsip. Sialnya, sang narasumber sendiri tidak mengerti duduk permasalahan yang sesungguhnya seperti apa. Ia minta ditelepon malam ini untuk mendengarkan langsung mengenai misi dan program kampanye yang sebenarnya tidak membawa brand sama sekali dan bertujuan meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat sekaligus menumbuhkan industri lokal. Account Executive saya meminta arahan. Saya bilang telepon saja, jelaskan kronologisnya, namun keputusan telah diambil, mungkin belum berjodoh.
Dugaan saya ternyata benar, segala negosiasi tak masuk akal yang mengatasnamakan si narasumber dilakukan oleh pihak manajemennya tanpa sepengetahuan sang narasumber. Giliran batal, mereka panik. Saat ingin ditangani sendiri oleh sang narasumber, semuanya sudah terlambat. Ini adalah sebuah contoh pembelajaran yang nyata buat saya. Gara-gara mencoba maruk, hilanglah deal besar yang sudah ditangan. Dan ini gara-gara pasrah pada manajemen. Setelah saya pikir-pikir, sang narasumber tidak menjalankan fungsi manajerialnya dengan baik pada manajemennya. Ia lupa prinsip PODCC seorang manajer : Planning Organizing Directing Coordinating dan Controlling. Mungkin, di tahap PODC nya sudah, namun justru pada taraf Controlling lah yang tak dijalankan dengan baik. Buktinya, negosiasi tak masuk akal ini sudah berjalan beberapa hari, namun ia baru mengetahui dampaknya sore ini. Kalau ia setiap harinya melakukan koordinasi dan kontrol apa yang sudah dilakukan manajemennya, tentu ia takkan kehilangan momentum berharga ini. Yang tak ia duga lagi adalah melayangnya kesempatan ini berarti melayang juga kesempatan baginya dengan seluruh anggota salah satu industri strategis di negeri ini karena kemarin saya harus menjelaskan mengapa kerja sama dengannya dibatalkan, dan mereka semua setuju.
Saya hari ini belajar bahwa seberapa besar percaya kepada tim, kontrol tetap perlu dijaga, karena kalau tidak saya tidak punya kendali dan pengetahuan terhadap apa yang sedang terjadi. Mungkin manajemennya bermaksud baik, menjaga posisi dan citra sang narasumber, namun menjaga yang kelewat angkuh dan gegabah, justru membuat runyam reputasi dan pundi-pundi sang narasumber. Kesimpulannya, menaruh kepercayaan (baca: pasrah) itu perlu, namun kendali dan kontrol harus tetap dijaga ...
No comments:
Post a Comment