Malam ini saya dibuat geram sekaligus tidak percaya setelah menerima email Account Executive saya. Bukan kepada anggota tim saya yang penuh dedikasi itu, tapi terhadap isinya. Sebagai konsultan komunikasi, terkadang kami menyarankan kepada klien untuk menggunakan jasa seseorang untuk menjadi narasumber sebuah kampanye. Sudah beberapa kali kami memilih dengan cermat dan hasilnya memuaskan. Hubungan kerja dengan para narasumber itu pun akhirnya menjadi hubungan pertemanan yang berjalan langgeng. Namun kali ini saya dibuat terperanjat oleh seorang calon narasumber. Setelah menyepakati suatu angka tertentu, maka tim saya membuat draft kontrak untuk saya tanda tangani. Tapi kali ini mata saya tertumbuk pada sebuah klausul aneh yang datangnya dari entah sang calon sendiri atau manajernya. Klausul aneh itu menyebutkan bahwa di luar imbalan jasa yang telah disepakati, kami masih harus memberinya biaya transportasi dalam kota sebesar 5 juta rupiah dan untuk luar kota 7,5 juta Rupiah. Saya keberatan. Dan malam ini saya mendapat laporan akhirnya diturunkan sejuta-sejuta. Biaya transportasi itu harus dibayar pada hari H setiap acara.
Saya tidak mempermasalahkan klausul lainnya, yang buat saya cukup wajar. Tapi untuk yang satu ini... waduh, saya benar-benar tak habis pikir. Maunya apa ya? Aji mumpung? Mumpung masih beken? Mana ada orang yang sudah dibayar untuk jasanya minta dibayar juga untuk transpor nya. Lagi pula uang transpor dalam kota 5 juta itu buat naik apa? Helikopter? Taksi termahal pun tak akan sampai 5 juta. Mobil tercanggih terboros pun juga tak sampai segitu. Lalu, kalau ke luar kota, ia toh sudah dibayari transportasi udara dan hotelnya, masih minta pula segitu besarnya? Anda bekerjapun dibayar untuk melakukan pekerjaan tanpa dihitung uang transpor ke dan dari kantor kan? Selama 46 tahun hidup saya bekerja dengan begitu banyak pihak yang jauh lebih senior dan kondang, tak pernah saya mengalami seperti ini maruknya.
Sebagai orang yang menandatangani kontrak itu, saya langsung menyarankan kepada klien saya untuk membatalkan kontraknya. Saya paling benci orang maruk. Orang yang tidak punya integritas untuk pekerjaannya. Yang belum apa apa cuma memikirkan uang-uang-uang dan apa saja yang bisa dijadikan uang. Malam ini saya jadi tertantang untuk membuktikan bahkan kepada klien saya dan konstituen lainnya bahwa tanpa dia program kami akan sama suksesnya. Saya jadi ingat pesan seorang rektor universitas terkemuka di Australia kepada pengusaha yang mau bekerja sama dengannya, namun ini itu dihitung secara detil sehingga sang rektor merasa pihaknya dijadikan mesin uang. Beliau menukas pendek : Remember, God loves the needy, not the greedy! (Ingat! Tuhan cinta orang yang membutuhkan, bukan yang serakah!)
Saya tak habis pikir bagaimana jalan pikiran sang calon, atau sang manajer. Jangan dipikir semua celah bisa dijadikan uang! Saya benar-benar baru kali ini mengalami seperti ini dan menjadi pembelajaran terpenting di hari ini : Jangan jadi orang itungan, apa-apa dihitung. Jadilah orang yang tulus dan ikhlas. Kalau mau menerima sebuah pekerjaan, setelah sepakat imbalan yang pantas, kerjakan dengan hati tulus dan ikhlas. Miliki semangat, passion yang keluar dari hati untuk mengerjakan pekerjaan yang harus kita jalankan. Ketulusan itu membuat kita menjadi makhluk yang "sincere". Sincerity inilah yang dihargai dan dihormati semua pihak.
At the end of the day, jangan pernah merasa paling top. Anda bukanlah orang yang tidak tergantikan. Begitu nama Anda dicoret, banyak orang lain rela menggantikan posisi yang ditinggalkan, dengan hasil yang mungkin lebih baik dari yang Anda pikir bisa lakukan. Saya sudah membuktikannya untuk sebuah kampanye. Tadinya terpikir seorang calon narasumber. Namun karena alur negosiasinya alot dan detil, dan sebenarnya kerumitan itu terjadi karena ia sendiri yang meminta, kerja sama kami batal. Di saat yang sudah rawan waktu itu, kami kemudian bertemu dengan seorang yang lain. Dengan narasumber yang rendah hati, tulus dan kooperatif ini, program komunikasi kami berjalan dengan jauh lebih baik dan membuahkan hasil berlipat ganda bagi klien kami dibanding tahun sebelumnya. Program kami pun mendapat penghargaan internasional atas dukungan total darinya.
Jadi hari ini saya diajari : Jangan Maruk. Jangan itungan. Jangan aji mumpung. Jangan Sok Paling Hebat dan Tak Tergantikan. Tulus. Ikhlas. Rendah Hati. Kooperatif. Be passionate in whatever you do. Tidak hanya di pekerjaan, namun juga di kehidupan sehari-hari. And remember again, God loves the needy, not the greedy ...
No comments:
Post a Comment