Sunday, May 23, 2010

22 Mei 2010 : Lapar Mata

Hari ini makan siang saya seru habis. Bersama teman-teman saya nongkrong di sebuah depot makan sederhana dan mencicipi seantero jajanan yang ada di sekitar warung tersebut. Saya yang sudah mulai menggemuk lagi tahu diri, cuma pesan seporsi soto daging dan mencoba sebuah combro yang super lezat dan pedas. Satu hal yang saya pelajari, ternyata teman-teman laki saya makannya jauh lebih sedikit dari teman-teman wanita yang cantik-cantik dan kurus-kurus. Mereka bisa makan berporsi-porsi!

Seorang teman baru membuat mata saya terbelalak dan melongo berat. Begitu datang, ia langsung pesan ini itu anu ina una ..... wow! Saya cuma menelan ludah, bagaimana ya makanan sebanyak itu masuk ke dalam perutnya. Benar ia tinggalnya di luar negeri dan cuma mampir ke Jakarta dalam hitungan hari, jadi kemungkinan besar dia kangen makan ini itu. Tapi yang terjadi adalah setelah dicicipi paling banyak dua sendok, ia sudah menyingkirkan seporsi penuh anu untuk ditukar dengan porsi ini. Cicip dua sendok ini, ganti dengan piring itu. Sisanya mubazir dan tak tersentuh hingga acara makan-makan jajan pasar pun berakhir hampir menyentuh setengah juta.

Saya jadi kehilangan selera dan berpikir. Kalau cuma mau icip-icip saja, kenapa tidak minta cicip teman yang pesan hal yang sama? Toh kami ini semua teman dekat. Mungkin ia sungkan, karena baru kenal beberapa orang, termasuk saya, tapi dengan yang lain toh tidak masalah? Saya jadi ingat waktu terakhir ke Surabaya, kami pergi bersama temannya ke sebuah warung masakan Jawa Timur. Saking kangennya masakan Jawa Timur yang otentik maka saya, ibu, Herlin, suami isteri teman Herlin dan teman saya Tausy kalap memesantahu gunting, tahu campur Lamongan, Rujak Cingur, Rujak Gobet, Rujak Buah, Semanggi, Kupang, Bubur Madura, Es Shanghai, dan berbagai macam makanan khas Jawa Timur yang lain. Meskipun semuanya dipaksa ludes, pulangnya perut mau meledak. Malam hari, kejadiannya hampir mirip lagi, untung kali ini ketambahan Gita dan Gatot yang baru kami jemput dari Australia.

Kita ini memang tukang lapar mata. Saya sendiri selama ini juga kerja nya lapar mata, walaupun dalam bentuk yang berbeda. Saya paling tidak tahan dengan perangkat elektronik, CD, DVD, baju dan pernak pernik lucu. Tapi karena pembelajaran beberapa bulan yang lalu, Jumat malam kemarin saya bisa dengan bangga keluar dari sebuah acara Midnight Sale di Grand Indonesia hanya membeli satu macam saja : Bath Foam Lavender Marks & Spencer yang memang persediaannya sudah habis.

Kejadian siang ini membuat saya berpikir, bagaimana cara mengatasi lapar mata ini. Kalau kemarin-kemarin saya bisa membatasi dengan bertanya, "Mau ditaruh mana?" maka sekarang saya berpikir beberapa pertanyaan :

- Untuk makananan : Gendut! Sudah Naik 3 kilo! Kalau ingin, makan sesendok saja dari teman!
- Untuk baju : Masih ada beberapa baju yang belum dipakai! Ini kan mirip baju dan corak yang sudah ada! dan DAUR ULANG!
- Untuk CD dan DVD : Masih banyak yang belum didengar dan ditonton!
- Buku : Yang kemarin-kemarin saja belum dibaca!

Tapi di luar semua pertanyaan itu, tiba-tiba saya terinspirasi. Kalau kejadiannya lapar mata, ya solusinya matanya saja yang dikenyangkan! Alias kalau makanan, nikmati saja gambar di menu, atau gambaran yang ada di angan-angan. Kalau soal baju, pegang dan coba saja dan nikmati bahwa kita paling tidak sudah pernah pakai bajunya. Kalau perlu, potret saja dengan handphone pas di kamar ganti. Soal buku dan majalah, lihat saja di tempat, baca-baca saja di sana, karena sering kali kita ini cuma lapar mata, suka nya cuma satu halaman, seluruh buku harus dibeli. Soal CD dan DVD juga begitu, masuk saja di internet, karena sering kali cuma mau dengerin satu lagu, belinya harus se album....

Hm. Rasanya ide saya yang baru ini bisa lebih mujarab dari sekedar bertanya. Lapar Mata dijawab dengan Kenyang Mata. Mau langsung dicoba besok ah, mumpung harus belanja bulanan dan mau ke Highland Gathering ....

No comments: