Saturday, September 11, 2010

11 September 2010 : Menghargai

Tahu kalau liburan Lebaran kali ini pekerjaan saya hanya mengurusi kelinci, kura-kura dan ikan koi, teman dekat saya mengajak makan siang bersama orang tuanya. Ia sudah merencanakan santap nikmat di sebuah restoran Cina terkenal dan sudah membayangkan menu-menu lezat. Maka pagi-pagi ia sudah mengkonfirmasikan kepada ayah ibunya dan mengatakan akan menjemput mereka menjelang siang.

Saat tiba di rumahnya dan menemukan garasinya lengang, saya dengan polosnya bertanya, "Lha, mana kendaraannya?" Ternyata sang ayah sedang menemani adiknya - yang sudah dewasa - menjaga konter makanan kakaknya di sebuah mall sementara si kakak sedang mudik lebaran bersama suaminya. Ibunya bilang, ayah akan ikut, kita disuruh jemput ke mall lalu pergi sama-sama. Bersamaan dengan itu, muncul pula sepupu-sepupu kecil teman saya, ikut nimbrung. Lengkaplah ke bete an teman saya. Ia merasa yang dipikirkan orang tuanya hanyalah kakak adik kakak adiknya saja, yang sudah sehari-hari tinggal bersama mereka, sementara teman saya yang tinggal agak jauh merasa dinomorduakan. Ia bisa paham kalau yang dipikirkan itu masih anak-anak, tapi kalau sudah dewasa, teman saya merasa adiknya bisa mengurus dirinya sendiri, lagian kan janjian makan siang ini tidak makan waktu sepanjang hari, hanya beberapa jam saja.

Maka jadilah saya makan siang bersama ayah ibu dan teman saya itu di sebuah resto di mall tempat adiknya menjaga konter makanan dengan suasana yang sama sekali tak nyaman. Teman saya diam dan manyun, dan saking kesalnya kerjanya cuma memencet-mencet bbmnya, ayahnya sibuk telepon kolega, ibu mengurus cucunya. Lengkap sudah penderitaan saya. Suasana tak enak, ibu tak napsu makan, ayah juga ogah makan, tinggal saya sendirian yang terkenyang-kenyang dengan sepiring nasi goreng ikan asin dengan porsi sangat mengejutkan! Teman saya sendiri menghabiskan sepiring nasi goreng jawa dengan super cepatnya.

Sambil mengunyah, saya mengumpat. Tahu gitu saya tidak ikut! Maunya liburan santai dan menenangkan, ini malah tepat di sumber kawah peperangan. Saya kemudian menganalisa, teman saya salah, tapi orang tuanya juga salah. Saya lalu angkat suara di malam harinya ketika amarahnya sudah mereda dan kami sedang santai menyeruput es krim yogurt mochi.

Saya bilang, kamu tadi bertujuan untuk menyenangkan orang tua kamu. Saya tahu kamu sudah merencanakan yang terbaik, tapi kamu juga tahu bahwa kesukaan orang tua kamu adalah memperhatikan adik dan kakak kamu. Jadi tidak sepatutnya kamu bete seperti itu karena orang tua kamu itu tadi sudah ada di tengah-tengah kesenangan mereka, jadi buat mereka tidak makan di restoran mahal pun tak apa, asal bisa dekat dengan adik kamu, tapi juga bisa ketemu kamu saja sudah senang. Kamu jengkel karena mereka tidak mengikuti apa yang kamu mau kan? Itu karena apa yang kamu bilang terbaik belum tentu yang mereka inginkan. Kalau kamu menyadarinya, maka tadi kamu akan happy-happy saja tak peduli kita makannya di mana, karena tujuannya adalah menyenangkan orang tua kamu, bukan menyenangkan diri kamu karena kamu kira menyenangkan orang tua kamu adalah dengan cara mengajaknya makan di restoran mahal. Apa yang kamu lakukan tadi, sungguh merusak suasana, sehingga tujuan kamu menyenangkan mereka jadi tak tercapai.

Tapi, orang tua kamu juga kepret! Orang tua kamu tidak tahu menghargai usaha anaknya. Saya mengerti sifat kamu, karena saya juga punya sifat yang sama: kalau saya mengundang atau menjamu seseorang, tentu saya sudah mengkhayalkan dan merencanakan secara cermat waktu yang akan dilalui bersama. Kalau orang tua kamu pikir bahwa berbakti pada orang tua itu sudah suatu hal yang selayaknya dan semestinya dilakukan oleh anaknya, mereka harus melihat betapa banyaknya anak yang tidak tahu menghargai dan menghormati ayah ibunya, yang tahunya cuma merongrong dan menggerogoti mental dan harta orang tuanya. Seharusnya orang tua kamu bersyukur punya anak seperti kamu. Dalam hal hari ini, orang tua kamu sebetulnya punya kesempatan untuk menanyakan rencana, atau kalau ada perubahan rencana pun, mestinya mereka memberitahu kamu, sehingga kamu bisa menjelaskan atau mengubah acara atau bahkan menundanya sehingga semua happy. Terus terang saya tidak suka dengan cara orang tua kamu yang menggampangkan dan cenderung ah... nggak usah bilang-bilang, ntar aja kalau dia udah di sini diberi tahu. Itu sekali lagi namanya tidak menghargai. Justru dengan sebelumnya memberi tahu, maka kamu tahu what to expect.

Jadi kalau boleh saya simpulkan, kondisinya satu sama: sama sama salah.

Melalui situasi ini saya belajar dua hal :

1. Betapa seringnya kita merencanakan sesuatu bagi orang lain dari kaca mata kita. Kita merasa rencana kita yang terbaik, kenyataannya ketika orang lain itu memiliki prioritas, kepentingan dan pilihan yang berbeda kita menjadi kecewa kepada orang tersebut. Kita lupa bahwa orang yang paling benar disalahkan adalah diri kita sendiri. Salah kita sendiri menetapkan rencana dengan menggunakan ukuran kita pada orang lain.

2. Betapa kita ini sering take for granted dan tidak menghargai apa yang telah dilakukan orang lain kepada kita. Kita ini benar-benar suka menggampangkan. Ah, gitu aja kok marah. Ah, biarin aja deh ntar aja kita beri tahu kalau dia udah di sini. Sama sekali tak terpikirkan bahwa di balik ajakan dan rencana yang terdengar sederhana itu, sebenarnya orang yang bersangkutan telah melakukan persiapan yang begitu banyak : menyediakan waktu khusus, bahkan pesan tempat khusus, sudah menyusun menu khusus, dan lain sebagainya.

Di akhir ceramah saya pada teman yang tadinya bete, saya malah mendapat pelajaran :

- Ukuran saya tidak sama dengan ukuran orang lain, karena itu ketika menemukan ketidaksamaan tersebut, mestinya kita menghargai perbedaan tersebut.

- Ketika saya menerima ajakan atau tawaran atau undangan, saya harus menghargai pengundang. Mulai sekarang saya akan lebih cermat lagi menyikapi undangan atau ajakan dengan segera mengkonfirmasikan kehadiran atau ketidakhadiran saya, tidak lagi mengambang seolah mau bikin win-win solution buat semua orang. Percayalah, kejadian siang tadi membuktikan hasilnya malah lose-lose...

No comments: