Di tengah kemacetan luar biasa sore ini di Jakarta, saya dan teman saya berandai-andai menjadi Gubernur DKI dan Presiden Republik ini. Sebetulnya pengandaian ini merupakan ulangan dari pembahasan saya dengan teman saya yang satu lagi di akhir pekan kemarin. Kami bahkan bertindak lebih jauh lagi, membandingkan program prioritas yang akan kami lakukan sebagai Gubernur DKI untuk mengatasi kemacetan, polusi dan berbagai masalah sosial di Jakarta yang semakin menggila.
Saya bilang, program prioritas saya sebagai Gubernur DKI untuk mengatasi kemacetan adalah membuat jalur niaga yang khusus disediakan bagi kendaraan niaga untuk memperlancar jalur distribusi tanpa membuat macet jalan umum dan tol yang selama ini kerap dipenuh sesaki dan dibuat macet oleh truk berbagai bentuk. Saya juga akan memberlakukan larangan kendaraan niaga kecuali kendaraan umum untuk memasuki jalur protokol dan tol dalam kota dari pukul 05:00 - 22:00 dan bagi pelanggar akan dikenakan biaya 10 kali lipat dari harga umum. Tentu saya akan membahasnya dengan pihak produsen dan distributor agar mereka bisa mengatur alur dan penjadwalan distribusi dengan lebih baik. Saya juga akan mengurangi jumlah kendaraan umum sampai 50% per trayek untuk mengurangi over-supply angkot dan bis dan mempersiapkan lapangan kerjaan lain bagi mereka yang terkena dampak kebijakan, sehingga tidak ada lagi tumpukan angkutan umum yang nge-tem dan menyempitkan jalur kendaraan yang sudah sempit. Semua perusahaan angkutan umum akan saya periksa kondisinya dan kendaraan umum yang sudah mencapai usia di atas 5 tahun dilarang beroperasi. Saya akan mengubah sistem transportasi bus trans Jakarta dan memindahkannya ke jalur kiri, bukan melintang di tengah jalan seperti sekarang ini mengingat kita menganut sistem setir kanan. Saya akan mempercepat pembangunan monorail dan MRT. Sistem 3 in 1 akan saya tiadakan dan gantikan dengan sistem pembayaran ekstra bila memasuki jam padat, misalnya jam 06:30 - 10:00, 16:30 - 19:00 kendaraan yang lewat dikenakan biaya IDR 30.000. Saya akan mengenakan pajak progresif kendaraan pribadi dimana semakin tua usia mobilnya semakin tinggi beban pajak yang ditanggung pemilik. Saya juga akan menerapkan sistem denda dan pidana untuk menjaga kebersihan dan ketertiban dengan ketat sehingga rakyat takut untuk merusak dan menggunakan dengan semena-mena fasilitas publik agar fasilitas yang tersedia terjaga kenyamanannya sehingga masyarakat perlahan-lahan percaya dan mau beralih menggunakan kendaraan umum. Penegakan hukum akan diberlakukan dengan tegas bagi masyarakat dan penegaknya sekaligus. Artinya bagi penegak yang ketahuan dan terlaporkan melakukan penyimpangan, bahkan untuk urusan tilang pun akan dikenakan sanksi pidana yang tidak main-main. Drastis dan sadis? Itu baru sebagian, namun bagi saya diperlukan sebuah keberanian dan ketegasan untuk mengubah sesuatu yang sudah runyam seperti ini. Saya yakin, lima tahun dari sekarang, masyarakat Jakarta akan mengubah kebiasaannya bertata kota. Tapi ini semua cuma berandai-andai, dan masih hanya satu bidang saja. Masih banyak bidang lain yang kami angankan dan candakan bersama. Namanya juga obrolan pengisi waktu yang sifatnya main-main...
Lalu sebagai Presiden, kami menyentuh masing-masing bidang dan apa yang harus menjadi prioritas negeri ini. Di bidang ekonomi, memperkuat ekonomi kerakyatan, di bidang kesehatan, pertanian, peternakan, agama, pemberdayaan perempuan, pendidikan, pariwisata, budaya, industri, perdagangan, pemajuan daerah tertinggal dan banyak lagi. Kami juga membicarakan betapa urgent nya merombak total sistem administrasi negara terutama di bidang (perencanaan dan pengucuran) pendanaan di masing-masing kementerian yang menyebabkan berbagai proyek menjadi macet atau terhamburkan. Setelah sekian lama berdiskusi, kami berhenti sendiri dan merasa takjub terhadap "pencapaian" kami "merancang" arah pembangunan negeri ini sambil bertanya : Kalau kami orang yang bodoh ini bisa membuat rancangan seperti ini, apakah yang sesederhana ini tak terpikir oleh pemimpin kita? Ataukah kita selama ini terjebak pada sistem birokrasi dan permainan politik yang rumit sehingga untuk mewujudkan kepentingan bangsa kita harus melalui segala kerumitan tersebut dan akhirnya yang tersisa hanyalah hasil ayakan yang terasa seperti hujan tepung, tak terasa saking halus dan sedikitnya yang bermanfaat bagi negara kita?
Dari diskusi ini, diam-diam saya belajar kriteria seorang pemimpin yang dapat diandalkan. Ia haruslah seorang yang memiliki integritas yang mendahulukan kepentingan masyarakat yang dipimpinnya. Seorang yang memiliki visi, misi dan nilai-nilai yang teguh dan tak tergoyahkan oleh buaian dan iming-iming harta dan kekuasaan, yang tujuan pengabdiannya hanyalah diperuntukkan bagi kesejahteraan bangsanya. Seorang yang memiliki jiwa pendobrak, pencerah dan berani membongkar semua sampah sehingga lahan yang tadinya tertimbun rongsokan terlihat keindahan aslinya. Seseorang yang bisa mengayomi dan menenteramkan semua lapisan masyarakatnya, yang mampu menjaga keharmonisan dan membela tanpa takut dianggap berpihak pada kalangan minoritas demi terjaganya stabilitas bangsa. Desi Anwar dalam sebuah tulisannya tertanggal 13 September 2010 mengatakan di ujung artikelnya :
The government needs to understand that when it comes to matters of religion and minority rights, even in democracies, it should not be left for the majority’s overriding sentiment to decide, but for the state to protect.
For it is in a country’s ability to protect its minorities that the integrity and legitimacy of the government lies.
Hari ini, dalam kemacetan dan keisengan saya berandai-andai jadi Gubernur dan Presiden, saya belajar mengenai nilai-nilai luhur seorang pemimpin. Tentu, saya masih sepersekiannya dari kualitas yang saya pelajari, namun paling tidak saya sekarang punya kriterianya. Terima kasih Bapak-Bapak Pemimpin, karena Anda saya belajar apa yang harus saya lakukan dan apa yang harus saya hindari sebagai seorang pemimpin. Atau siapa tahu Anda malah membaca blog ini dan jadi sama-sama terinspirasi ...
No comments:
Post a Comment