Beberapa waktu yang lalu, saya menerima pesan undangan sebuah majalah franchise yang baru terbit di Indonesia untuk acara santap siang bersama Paris Hilton berharga dua juta Rupiah sambil beramal bagi anak Indonesia yang terkena kanker. Waktu itu saya ternganga sambil mempertanyakan : Why Paris? dan apa pentingnya sih Paris? Ia "cuma" pewaris "kerajaan" Hilton yang suka pesta tidak penting dan cari sensasi sana sini, termasuk ketika adegan seksnya dengan partner yang jauh lebih tua beredar di seluruh dunia. Memang ia kemudian menghasilkan uang dari ulahnya, mengeluarkan parfum, tas, baju, album dan film, dan dinyatakan cukup cerdik dan jeli memanfaatkan kondisinya menjadi uang.
Beberapa hari lalu, Paris Hilton dinyatakan bersalah oleh pengadilan Amerika atas kepemilikan dan penggunaan narkoba dan mendapatkan hukuman percobaan satu tahun, 200 jam kerja amal dan denda. Saat itu, CNN Headline tega-teganya meluangkan waktu untuk membuat live breaking news hanya untuk meliput putusan sidang tersebut dan kebetulan kok ya saya sedang menontonnya. Apa pentingnya Paris sampai diliput live seperti itu? Waktu itu saya sambil tertawa bertanya dalam hati, waduh padahal Sabtu ini dia mau makan-makan di Indonesia, jadi nggak ya?
Ia kemudian ditolak di Bandara Narita Tokyo karena kasus narkobanya dan mutung, langsung pulang ke negerinya sambil membatalkan seluruh rangkaian perjalanannya ke Asia termasuk Indonesia. Maka lengkaplah ramalan saya, si pirang batal hadir. Ketidakhadirannya "diberitakan" pertama kali oleh teman saya melalui bbm. Saya tertawa. Ia bertanya, "Gimana ya orang yang sudah membayar dua juta?" Saya menjawab santai, "Lha kan bayarnya buat charity, ya relakan aja uangnya melayang." Malam ini, saya membaca di berita online, pihak yang bakal kedatangan Paris membuat pernyataan dan sebuah press conference resmi rencananya akan digelar untuk mengumumkan pembatalan kehadiran Miss Hilton.
Saya terkagum-kagum membayangkan Nona Hilton di Indonesia dikategorikan sebagai seorang selebriti yang patut dihargai dengan acara Meet and Greet. Buat saya, meet and greet adalah acara untuk bertemu dengan tokoh yang dikagumi atau diidolakan. Saya pribadi tidak pernah melakukannya dengan artis, tapi rela mengantri untuk foto dengan Mickey dan Minnie Mouse yang telah menemani jutaan anak di dunia selama puluhan tahun dengan kejenakaan mereka. Tapi Paris Hilton? Yang kerjanya pesta jetset hura-hura menghamburkan uang, kerjanya berurusan dengan polisi, pengguna narkoba pula, apa pantasnya diidolakan?
Saya merasa banyak orang salah kaprah soal idola. Orang-orang yang tak bersih sering kali dikagum-kagumi karena silau dengan pancaran sinar uang dan posisi yang dimilikinya. Saya juga tidak habis mengerti betapa banyak orang memberi dukungan kepada seorang pesakitan yang jelas-jelas karena perbuatannya yang tidak bertanggung jawab telah menyebabkan banyak generasi muda terperosok ke jalan yang salah karena salah mengidolakan, dan membuatnya seolah-olah seorang pahlawan. Ketika para teroris akan dieksekusi mati, media meliputnya sampai pada sejarah kehidupannya, sampai saya bingung sendiri : televisi ini sebenarnya mau menjadikannya seorang pahlawan atau bagaimana sih?
Sungguh, betapa seringnya kita ini salah mengidolakan orang hanya karena terpesona atas kilau gemerlap yang dihasilkannya. Padahal kalau kita mau jujur, kita akan menyadari bahwa sebenarnya wajah aslinya penuh bopeng dan koreng. Kalau sudah begitu, apakah kita masih bersedia mengidolakannya? Masih banyak orang yang patut kita jadikan idola dan disandingkan dengan anak-anak tak berdosa yang terkena kanker di negeri ini. Sosok yang berjuang dengan tulus, yang justru karena kepolosannya bersinar memancarkan cahaya damai dan kasih. Sosok yang seperti inilah yang patut dikagumi, dan di meet and greet kan.
Mungkin sekarang yang perlu dikoreksi adalah kategori dan definisi Idola. Sama seperti istilah selebriti di Indonesia yang sekarang ini kategori dan definisinya tak jelas. Asal masuk infotainment, langsung dicap selebriti. Asal terkenal, langsung jadi selebriti, dan langsung dicap banyak penggemar alias jadi idola. Padahal terkenalnya bisa jadi karena kasus yang menghebohkan, bukan karena prestasinya. Kasihan kan kalau kita salah mengidolakan, bisa jadi kita ikutan salah arah dalam hidup ini, lalu ikut jadi pesakitan. Sesuatu yang dikira benar, ternyata menjerumuskan. Jadi, Anda masih berpikir Paris itu idola? Buat saya sih ia benar kaya, cantik, punya gaya hidup jetset tapi kesemuanya itu tidak lantas ia menjadi idola saya. Semua yang dimilikinya diawali dan dipayungi warisan kekayaan keluarga. Tak ada prestasi yang membanggakan. Yang ada cuma urusan dengan polisi, dicabut SIM dan dinyatakan bersalah karena narkoba. Yang gini ini idola yang di meet and greet kan, dan dihargai dua juta? Untung Tuhan itu Maha-pengatur, dibatalkanNya kedatangan Miss Hilton. Kalau masih ngotot mengidolakan, ya silakan saja tapi lain kali, jangan lagi merendahkan martabat bangsa ah, cukup buat sendiri saja ...
No comments:
Post a Comment