Saturday, September 04, 2010

3 September 2010 : Seni Berkelit

Saya ada jadwal presentasi kepada calon klien yang belum pernah saya temui jam 10 pagi ini. Proposal yang disiapkan account manager baru saya terima pukul 08:30. Dengan waktu yang sebegitu singkat, saya tidak punya waktu banyak untuk membongkar pasang presentasi tersebut, padahal terus terang saya kurang sreg dengan isinya. Bukan karena apa yang sudah disiapkan salah, namun untuk mempersiapkan sebuah presentasi proposal yang mantap tentu butuh banyak diskusi, revisi dan penyempurnaan. Saya memang memberi arahan perbaikan, tapi tetap tidak merasa seratus persen puas, karena biasanya setelah diperbaiki, saya lihat lagi, sempurnakan lagi, sampai saya betul-betul mantap membawakannya.

Dalam perjalanan, saya mendapat kembali hasil revisi, namun saya tentu tidak dapat berbuat banyak selain mengarahkan perbaikan kecil. Selebihnya, saya memutar otak bagaimana saya harus mempresentasikannya dengan penuh keyakinan. Ketika akhirnya bertemu dengan klien, untuk menutupi kekurangan dan kekurangpahaman saya terhadap akar masalah, saya mengawali presentasi dengan memaparkan beberapa arahan yang diperoleh Account Manager saya di pertemuan terdahulu, sambil menyelipkan sebuah pertanyaan pencetus, yang kemudian berkembang menjadi diskusi yang seru. Saat itulah, saya mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya untuk menggali informasi yang "hilang" dan menemukan solusinya. Ketika solusi itu saya utarakan, pembicaraan kami sudah jauh menyimpang dari apa yang tertera secara harafiah di layar presentasi. Saya menggiring klien saya mengalihkan perhatian kepada mata, bibir dan pikiran saya ketimbang tulisan di dinding, dan hasilnya mereka menyetujui apa yang saya usulkan. Saya dan tim pulang dengan jabat hangat dari calon klien dan senyum merekah. Begitu mereka hilang dari pandangan saya berpesan kepada tim agar tidak mengulangi seperti yang baru saja terjadi. Saya mau diberi kesempatan cukup untuk mempersiapkan presentasi yang bermutu. Hari ini saya beruntung, diberi celah oleh Tuhan untuk mendapatkan jawaban dan ide dari diskusi dadakan.

Sore harinya saya menemani partner saya untuk presentasi calon klien yang lainnya. Untuk yang satu ini, saya malah belum pernah melihat presentasi yang akan dibawakan, karena itu konsultasi yang saya berikan kepada sang klien adalah hasil yang berkembang dari diskusi. Sekali lagi, saya memanfaatkan teknik yang baru saya dapat pagi hari tadi, dan ternyata berhasil. Sang klien menunjuk kami sebagai konsultan komunikasinya yang baru.

Hari ini saya belajar, bahwa saat persiapan kita kurang matang bukan berarti kita harus gagal di awal. Dengan penuh percaya diri dan keyakinan, dan membawa calon klien pada level diskusi yang setara, kita dapat mengulur waktu, memperoleh informasi tambahan sehingga kita dapat menyimpulkan dan mendapatkan ide saran seketika itu juga. Kalau kita sebegitu menyakinkannya, klien akan lupa dengan ketidaksempurnaan bahan yang tadinya sudah disiapkan. Saya rasa, teknik berkelit yang menghanyutkan ini tidak hanya berlaku untuk urusan pekerjaan, tapi dalam hal apa pun dalam kehidupan kita. Yang jelas berkelit di sini sama sekali bukan berbohong atau membual, tetapi sebuah teknik buying time to get the right move. Eureka! Hidup ilmu berkelit!

No comments: