Sunday, September 26, 2010

26 September 2010 : Keluar dari Tempurung

Pagi ini sepulang gereja saya memutuskan untuk menikmati hari Minggu dengan cara yang berbeda : pergi ke sebuah tempat yang belum pernah saya kunjungi. Anda boleh tertawa, tapi selama berpuluh tahun tinggal di Jakarta, saya belum pernah ke Pantai Indah Kapuk. Maka ke sanalah saya melaju.

Daerah utara Jakarta adalah tempat yang paling jarang saya sentuh, dan karenanya saya paling tidak mengerti mengenai karakter mereka. Saya tidak mengerti kebiasaan mereka, kesukaan mereka dan bagaimana mereka menjalani dan menikmati hidup. Orang-orang Jakarta Utara terutama yang keturunan Tionghoa adalah termasuk yang paling kaya di kawasan jabodetabek. Kalau selama ini Anda hanya kenal Menteng dan Jakarta Selatan sebagai daerah elite, Anda harus ke daerah yang bersinggungan dengan pantai. Berada di "kepala naga" tempat ini dipercaya memberikan hoki yang berlimpah. Lihat saja rumah-rumah di Pantai Mutiara yang luar biasa luas dan besarnya dan setiap halamannya terhubung dengan dermaga pribadi tempat menyimpan yacht ke pulau-pulau pribadi mereka. Mobil branded adalah hal yang biasa. Seorang kerabat saya pernah terkaget-kaget ketika awalnya heran masa rumah sebesar itu tidak punya mobil. Ternyata mobil mereka yang puluhan itu tersimpan dalam sebuah garasi hidrolik yang bisa berotasi. Jadi satu mobil punya satu nomor dan satu tempat penyimpanan. Jadi kalau si empunya ingin naik BMW, ia tinggal memencet tombol nomor 7 dan berputarlah mobil mereka hingga no 7 siap di depan pintu garasi. Sebegitunya kekayaan mereka.

Siang ini, saya tidak sampai bongkar-bongkar isi lemari dan menguntit apa yang mereka lakukan. Saya hanya berkeliling dan menikmati suasana baru yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Perumahannya, deretan pertokoan, bank, dan berbagai fasilitas yang mereka miliki, sampai sebuah lapangan golf, rekreasi air dan sebuah pusat yayasan Buddha yang aktif di bidang pendidikan. Tiba-tiba saya tertarik untuk berhenti di sebuah pasar swalayan. Salah satu teorinya adalah kita bisa mengenal kebiasaan mereka dari apa yang disajikan di pasar swalayannya. Menyusuri setiap rak, saya menemukan berbagai produk yang tidak lazim ditemukan di pasar swalayan di daerah lain di kota ini, seperti sebuah rak khusus peralatan sembahyang berupa aneka dupa dan asesoris lainnya. Lalu saya mengelilingi pasar basahnya dan melihat toko apa saja yang buka di sana, siapa saja yang belanja, apa saja yang dijual di sana, suasananya. Merasakan dan membayangkan tinggal di sana. Ketika keluar dari daerah itu, saya merasa saya jadi lebih kaya, karena hari ini belajar mengenai daerah yang letaknya cuma kurang dari 30 menit dari rumah jika menggunakan fasilitas jalan tol, padahal saya sudah tinggal permanen di Jakarta lebih dari 22 tahun.

Saya sering bilang buka mata buka hati, tapi hari ini saya merasa perlu membuka mata dan hati lebih besar lagi, karena ternyata masih banyak yang saya tidak mengerti dan ketahui dari daerah sekitar saya. Saya baru menyadari, kalau begitu mestinya tidak ada lagi kata bosan dan tidak tahu mau ke mana di akhir pekan. Biasanya saya bosan karena perginya dari mal ke mal itu itu juga, dan kalau ke mal yang lain pun ketemunya dengan toko dan produk itu itu juga. Padahal di luar itu, begitu banyak hal menarik yang bisa kita temui asal kita mau keluar dari kebiasaan dan lingkungan kita. Makanya tadinya saya heran, kok sudah jalan-jalan ke mall saya tidak merasa refresh ya, ternyata karena perginya ke tempat-tempat yang sama melulu. Jadi hari ini ketika saya pergi ke tempat "baru", saya merasa benar-benar refresh! Seperti berasa sedang di sebuah kota lain. Serasa ke luar negeri dalam waktu 30 menit, dan kembali ke rumah 3 jam setelahnya ketika mobil saya memasuki pintu exit toll di daerah perumahan saya... What an effective and fast way to refresh!

No comments: