Hari ini saya lelah lahir batin. Saya bangun pagi-pagi, mulai meeting jam 9, lalu berkoordinasi internal sebentar, makan siang, meeting jam 15, 17 dan ada acara undangan klien yang berlangsung sampai jam 22.00. Di luar itu, saya disibukkan oleh telepon klien dengan permintaan yang sekejap harus ada. Lalu urusan persiapan acara besok dan permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari berbagai pihak. Saya benar-benar habis energi.
Sudah begitu, pulang saya disuguhi pemandangan yang tidak menyedapkan. Meja kaca di ruang keluarga saya berembun sampai mau menetes. Saya minta lap kering, datangnya lap lembab. Sudah diminta untuk mengganti lapnya, masih saja ngotot mau dilap. Saya hilang kesabaran dan marah besar untuk hal yang sepele. Sebetulnya kalau energi saya penuh, mungkin saya cuma mengelus dada saja tapi karena energinya sudah hilang ya jadi tidak ada rem lagi, murka lah saya. Kemurkaan saya malam-malam begini, disambut disambut oleh pembantu yang mungkin juga sudah mengantuk menunggui saya. Padahal saya juga tidak pernah memerintahkan untuk menunggui. Kalau sudah tidur, saya jarang membangunkan, kecuali kalau sedang tidak pegang kunci.
Kekesalan dan kemarahan yang saya muntahkan malam ini adalah akumulasi kekesalan dan kelelahan yang menumpuk sampai membludak. Mungkin hal yang sama terjadi dengan pembantu saya, sudah lama jengkel dan malam ini sama-sama meletus. Setelah diceritakan dalam blog ini, karena energi negatifnya sudah keluar semua, otak mulai dingin lagi, dan menyesali rem yang blong ini. Terus terang, saya juga kaget dan juga tertampar dengan kemarahan saya malam ini. Saya bisa begitu marahnya ketika ditantang. Sebetulnya itu bakat terpendam : semakin ditantang, semakin menantang balik. Bukan hal yang baik, namun itulah kenyataannya, salah satu kekurangan saya.
Saya merasa menceramahi diri sendiri agar lebih menahan diri bukanlah saat yang tepat, karena kalau orang sudah di titik terendah, dan kelelahan serta uneg-uneg di dalam sudah melebihi leher, maka dengan senggolan sedikit, meletuplah lahar panas yang tersimpan dan terkocok dari dalam. Saya merasa, satu-satunya jalan adalah mengurangi tingkat stress sampai pada garis yang dapat ditolerir. Mungkin juga saya sudah sampai titik jenuh, mungkin juga pola liburan yang dikumpulkan di akhir tahun sudah tidak efektif lagi dengan bertambahnya waktu. Mungkin sudah saatnya saya membagi rata menjadi dua kali liburan dalam setahun, bukan seperti sekarang, mencuri-curi waktu untuk rehat sejenak keluar dari kesibukan tapi hasilnya tidak maksimal.
Malam ini saya ditampar untuk bangun! Supaya saya menyadari bahwa saya harus segera mengubah pola kerja saya. Karena di depan mata pekerjaan saya tak akan ada hentinya sampai akhir tahun ini, dengan kondisi pekerjaan yang tidak seperti di tahun-tahun lalu, dimana saya masih bisa mencicil dan mengetahui dari awal kendala yang akan terjadi. Tahun ini semuanya penuh kejutan.
Tadi, saya menuntut pembantu saya untuk minta maaf atas kekurangajarannya balik menyerang saya, padahal jelas-jelas dialah yang tidak mengikuti perintah saya untuk mengambil lap kering sehingga berujung pada pertengkaran. Kini saya merasa sayalah yang harus minta maaf bukan karena apa yang saya kesalkan padanya salah, namun karena kekurangtepatan cara saya menghadapi semua tekanan hidup yang ada di depan saya, tidak hanya soal kerjaan tapi masalah pribadi, sehingga meledak kemana-mana dan malah menghancurkan tatanan yang sudah rapi. Saya harus bebenah dan mengubah arah, kalau tidak mau jadi kehabisan energi.
Di tengah pergantian hari ini saya belajar : energy keeps our sanity. You lose it, you lose your sanity.
No comments:
Post a Comment