Thursday, September 02, 2010

2 September 2010 : Legenda Keong Emas

Setelah puluhan tahun, hari ini untuk pertama kalinya menyaksikan film di teater IMAX Keong Emas. Bangunan berbentuk keong raksasa itu masih seperti dulu, dan memang belum pernah mengalami renovasi berarti sejak diresmikan tahun1984 yang lalu oleh mantan Presiden Soeharto. Kondisi bangunan dan fasilitasnya masih terjaga apik, sesuatu yang langka di Indonesia yang biasanya bisanya membangun namun sangat payah dalam menjaga kelestarian. Film yang hari ini saya tonton adalah tentang keindahan alam Indonesia... di akhir tahun delapan puluhan. Meski terasa sangat indah, kesan kunonya tak terelakkan karena masih mencantumkan Timor Timur sebagai bagian Indonesia.

Teater Keong Emas beserta Taman Mini Indonesia Indah didirikan atas prakarsa almarhumah Ibu Tien Soeharto. Saya ingat, di awal pembangunan, proyek ini mendapat kritik yang luar biasa tajamnya : dianggap proyek penghamburan uang dan dikecam habis-habisan sebagai proyek rekayasa yang menggembungkan kantong beberapa orang. Kini, puluhan tahun kemudian, saya yang duduk di kursi VVIP tempat Presiden dan Ibu Negara duduk, merasa sangat bersyukur bahwa ada seseorang yang memiliki visi membangun fasilitas hiburan dan pengetahuan budaya nusantara seperti ini. Coba saat itu Ibu Tien mundur karena kecaman, tak akan pernah ada fasilitas yang memamerkan budaya negeri ini. Sebuah wahana yang memberikan rasa bangga atas keragaman dan keluasan wilayah bumi nusantara. Saya yakin dengan iklim dan kondisi seperti sekarang, ide ini tak akan pernah terpikirkan oleh pemerintah dan dewan terhormat, bahkan apa yang kita miliki sekarang hanyalah peninggalan dari pemerintah terdahulu. Tak ada yang baru, tak ada lagi yang visioner. Semua karya saat ini adalah karya yang "aman-aman" saja. Itulah mengapa kita tertinggal jauh dari negara yang 30 tahun lalu jauh ada di belakang kita. Negara lain sibuk membangun mewujudkan visinya, negara kita sibuk memikirkan diri masing-masing.

Selama film diputar, di tengah kegelapan dan taburan keindahan budaya bangsa, pikiran saya ikut berkelana. Perlu sebuah keberanian menentang arus dan badai untuk mewujudkan suatu visi. Sebuah rencana ke depan yang belum dirasakan perlunya saat semua masih di angan-angan seringkali mendapat tentangan, kritikan dan penolakan tajam dari berbagai sudut. Hanya seorang yang besar dan teguh saja yang bisa tetap tegar mengarungi badai untuk mewujudkan visinya. Seringkali, baru setelah sekian lama karya yang dibuat itu mendapat apresiasi, biasanya setelah yang bersangkutan wafat. Nabi Nuh mendapat cemoohan yang luar biasa ketika membangun sebuah bahtera besar dan memasukkan berbagai unsur hewan di dalamnya. Saat air bah datang, orang terlambat menyadari bahwa apa yang dilakukannya semata adalah wujud sebuah visi ke depan yang tidak dapat dilihat oleh semua orang.

Lesson of the day adalah :

1. Visi yang melompat jauh ke depan sering kali tidak dimengerti orang. Dan itu wajar-wajar saja.
2. Visi bukanlah selalu harus menyangkut hal yang monumental bagi semua orang, namun bisa juga dalam lingkup pribadi.
3. Seorang visioner tak akan gentar menerjang badai kecaman dan tentangan. Ia tetap fokus dan percaya pada visinya.

Terima kasih Ibu Tien, atas visi Ibu mengumpulkan manikam budaya bangsa dalam sebuah warisan bernama Taman Mini Indonesia Indah...

No comments: