Untuk menghilangkan stress yang sudah bertengger padahal baru saja usai libur Lebaran, saya menonton film berjudul the Switch yang dibintangi Jennifer Anniston. Film ini berkisah tentang Kassie yang berencana memiliki anak dan mencari orang yang tepat untuk dimintai sperma nya. Ia mendapat tentangan dari teman dekatnya Wally yang diam-diam mencintainya. Ia semakin frustrasi karena ternyata Kassie menemukan calon yang tepat, ganteng tinggi dan keren bernama Roland. Di tengah mabuk dan frustrasinya, Wally tanpa sengaja membuang sperma Roland dalam botol yang siap diinseminasikan. Panik, ia menggantinya dengan sperma miliknya sendiri. Karena larut dalam kemabukannya, ia tak ingat kejadian ini sampai tujuh tahun kemudian ia bertemu kembali dengan Kassie dan anaknya Sebastian. Berbagai kejadian membawa ingatannya kembali dan menyadari bahwa ia lah ayah Sebastian yang sesungguhnya. Ia pun segera menemui Kassie untuk memberitahu hal yang sebenarnya, namun tanpa diduga Kassie memotong pengakuan Wally dan mengatakan bahwa ia juga "punya rasa" dengan sahabatnya itu. Kaget karena topiknya sama sekali beda dengan yang akan dibahasnya, Wally lalu mengatakan dengan polos kalau bukan itu yang ingin dibahasnya. Kassie menjadi sangat malu dan menutup diri, ia memilih untuk merajut hubungan dengan Ronald sementara setiap kali Wally mencoba mengutarakan kejujuran terhalang oleh berbagai hal dan oleh dirinya sendiri. Words got in the way. Ia kehilangan kata.
Sambil menonton, saya jadi melihat diri saya pada Wally : suka kehilangan kata. Mengapa sulit sekali untuk mengungkapkan perasaan? atau mengatakan sesuatu hal kepada orang lain? Saya suka sekali sulit berkata-kata karena sering takut disalahartikan dan disalahterimakan. Tapi seperti yang terjadi di dalam film, kegagalan saya menyampaikan pesan dan maksud saya justru menjadi bumerang dan membuat segala sesuatunya menjadi buruk dan tak seperti yang saya harapkan. Yang terjadi justru berbelok arah di luar yang saya kehendaki dan membuat saya kecewa dan mengumpat : bodoh! bodoh! bodoh! mengapa saya takut mengungkapkan hal ini? Bagaimana kalau saya sudah tidak punya kesempatan lagi menyampaikannya?
Yang namanya film Hollywood dengan pakem Happy Ending selalu memberi kesempatan, dan Wally pun mengambil nyali untuk mengatakan yang sebenarnya tepat ketika Ronald akan melamar Kassie di hadapan keluarganya. Tapi dalam kenyataan hidup, tak selamanya kita punya kesempatan yang sama atau yang kedua. Saya lalu menelaah, dimana sih letak ketakutan saya? Saya lalu mendaftar :
1. takut salah waktu
2. takut salah terima
3. takut salah arti
4. takut salah menyampaikan
5. takut reaksinya di luar harapan saya
Saya menyadari sebagai seorang yang berkecimpung di dunia komunikasi, kemampuan komunikasi hubungan pribadi saya payah sekali. Saya sering canggung dan salah berkata-kata. Saya juga sering takut salah timing,jangan-jangan saat ini bukan saat yang tepat, atau kalau sudah tepat, karena ketakutan akan reaksi yang di luar harapan membuat saya menunda dan menunda lagi, sampai saya kehilangan kesempatan sama sekali.
Malam ini saya belajar, untuk sesuatu yang sungguh urgent, tak ada lagi istilah salah waktu, takut salah menyampaikan dan ... persetan dengan reaksi yang bisa jadi di luar harapan : saya harus menyampaikannya sekarang dengan lugas.
Namun kadang kala, saya sudah mendapat situasi yang sangat baik untuk menyampaikan sesuatu, tapi saya masih takut saja akan hasilnya. Kalau sudah begini, saya biasa bicara berputar-putar, persis seperti apa yang dilakukan Wally dengan tujuan memberikan pengantar agar yang menerima berita siap menerima berita "utama" dari kita. Sayangnya, tidak selamanya dengan cara berputar itu kita bisa sampai pada berita utama karena terpotong situasi lain yang lebih "urgent". Untuk hal ini, saya lalu menyimpulkan kita harus bisa memilih statement angle yang tepat, kemudian mengatakannya dengan lugas namun tetap memperhatikan keadaan psikologis sang penerima berita. Soal hasilnya sesuai atau tidak, yang terpenting kita sudah menyampaikannya dengan baik dan benar. Karena kita tidak akan tahu bagaimana reaksi penerima pesan kalau pesan itu sendiri tidak disampaikan.
Maka malam ini saya belajar lagi tentang kebenaran sebuah pepatah kuno : You will never land a six if you never throw the dice. Kamu tak akan pernah mendapat dadu angka 6 kalau kamu tak melemparkannya terlebih dahulu. Dan peribahasa : Kesempatan tidak selamanya sabar menunggu kamu. Dengan kata lain, kunci utamanya : guts, guts, guts! Keberanian! Saya ditantang untuk mendobrak ketakutan dan kecemasan diri dan berani mengambil risiko melempar dadu...
No comments:
Post a Comment