Oprah Winfrey hari ini menampilkan sebuah sesi yang menjadi topik bahasannya : apa yang ada di benak para pelaku pelecehan seksual pada anak. Ia mewawancarai dan berdiskusi dengan empat orang pelaku kejahatan seksual dan menyelami alam pikiran mereka. Saat bertanya, ia melakukannya dengan sangat hati-hati agar tidak terperangkap dalam kata-kata maupun sikap yang menghakimi sehingga para responden mau berbicara terbuka.
Selama acara berlangsung, sebenarnya saya jadi jauh lebih tertarik pada teknik wawancaranya daripada isinya. Kalau soal isi, saya sudah cukup familiar dengan fakta bahwa para pelaku berusaha mendapatkan kepercayaan dari korban sehingga dapat dengan mudah melaksanakan rencananya dan bahwa 90% pelaku adalah orang yang dikenal dekat oleh korbannya. Namun yang menjadi perhatian saya adalah bagaimana Oprah menumbuhkan rasa nyaman kepada responden sehingga tak segan-segan bercerita seolah-olah apa yang dilakukannya kepada para korban adalah hal yang wajar. Dari situ saya menyadari bahwa kalau kita bersikap tak berprasangka, kita justru mendapatkan manfaat dari memahami apa yang ada di balik kejadian atau perilaku seseorang.
Bicara soal tak berprasangka, saya ini orangnya justru tukang menghakimi. Ada dandanan aneh sedikit dikomentari, orang bersikap apa langsung di cap tertentu. Malam ini mata saya terbuka bahwa dengan sikap mengadili atau menghakimi, kita justru menutup diri dari sesuatu yang sebenarnya dapat membuat kita lebih mengerti dan menikmati hidup. Selain itu, mereka yang diadili pun akan segera menutup diri rapat-rapat sehingga kita tidak dapat menjangkau mereka, membuat jurang semakin besar.
Saat seorang dicap melakukan tindakan yang salah atau saat sebuah situasi dihakimi sebagai keadaan yang diharamkan, detik itu juga kita kehilangan kesempatan untuk memahami mengapa semua ini terjadi. Dan karena kehilangan pengertian, kita juga kehilangan kesempatan untuk bisa melihat dunia dari sisi yang berbeda sehingga wawasan kita hanya akan berkutat sebatas pagar pandangan jiwa dan mata kita yang terbatas.
Malam ini, ketika menonton Oprah, saya dibukakan mata hati agar membuang semua cap dan baju hakim dan menerima sebanyak-banyaknya informasi serta keadaan tanpa melakukan penilaian agar wawasan saya menjadi semakin terbuka luas. Wawasan yang luas membawa pandangan yang tidak terkungkung dan membuat kita menjadi seorang yang semakin bijaksana. Saya lalu teringat akan adanya sebuah badan yang kerap mengeluarkan berbagai larangan berdasarkan wawasan yang terbatas sehingga selalu saja ada kecaman atas pandangan-pandangan yang dikemukakan, sebagian bahkan dianggap angin lalu karena dirasakan terlalu mengada-ada.
Kesimpulan saya malam ini adalah :
Menerima informasi dan keadaan tanpa prasangka menghasilkan wawasan yang luas, dan semakin luas wawasan semakin tinggi pula tingkat kebijaksanaan kita.
Stephen Covey, pengarang buku terkenal 7 Habits of Highly Effective People mengatakan :
When we listen with the intent to understand others, rather than with the intent to reply, we begin true communication and relationship building. opportunities to then speak openly and to be understood come much more naturally and easily.
Saya mengamininya. Mulai sekarang, saya akan berusaha mulai membuang semua cap dan baju hakim, serta menghentikan kebiasaan jadi pemotong pembicaraan alias tukang interupsi. Kuping kita dua, mulut kita satu. Saya harus lebih banyak mendengar daripada berbicara.
No comments:
Post a Comment