Sunday, October 10, 2010

10 Oktober 2010 : Kremasi Tiga Agama

Siang ini saya menghadiri upacara kremasi yang cukup unik. Almarhum beragama Kristen dan karenanya upacaranya dipimpin seorang pendeta, isterinya beragama Islam sedang keluarga almarhum sebagian besar beragama Buddha.

Baru kali ini saya melihat ketika upacara pemberangkatan jenazah hingga saat akan dilakukan kremasi di krematorium terjadi berbagai aktivitas dalam sebuah kesempatan. Yang kristen dalam jumlah sedikit ditambah ummat gereja bersama isteri dan ibu sang isteri ikut ibadah, sedang orang tua almarhum dan sebagian besar keluarganya duduk di kejauhan menanti upacaranya selesai, sambil makan dan minum atau mengobrol sendiri, seolah yang sedang didoakan bukan keluarganya. Tentu tidak semua demikian. Ada juga mereka yang berpikiran bijak dan terbuka berdiri di sisi saya.

Saya memaklumi dan lumrah terjadi bahwa seorang dari agama yang berbeda tidak mengikuti upacara agama lain, namun yang mengusik hati saya siang tadi adalah mengapa keluarganya hanya memandang dari segi tata cara keagamaannya? Mengapa mereka tidak melihat bahwa dengan cara apa pun, yang sedang terjadi adalah sekelompok orang sedang mengantar anggota keluarganya dalam doa? Apa salahnya ikut duduk di sekitar peti demi mendoakan dan mendampingi jenazah almarhum untuk terakhir kalinya? Doanya kan tidak harus mengikuti apa yang dituturkan si pendeta? Kita bisa ikut doa dalam hati dengan kepercayaan dan cara kita masing-masing namun tetap menghormati tata ibadah yang sedang berjalan? Bukankah dengan tidak mengikuti upacara nya kita tidak menghormati pilihan sang lelayu? Saya sendiri bukan dari gereja atau pun aliran agama yang sedang memimpin upacara, tapi saya tetap di sana dan ikut berdoa sebagai penghormatan terakhir bagi almarhum meskipun saya secara pribadi tidak mengenalnya, karena yang pergi adalah sepupu sahabat saya yang saya ceritakan selama dua hari ini.

Hari ini saya ditunjukkan betapa kita ini sering terlalu sibuk dan terlalu memusingkan kulitnya dan bukan tertuju pada pokok perkaranya. Bahwa bukan soal agama nya yang perlu menjadi perhatian, tetapi penghormatan kepada almarhum yang seharusnya menjadi fokus. Saya jadi teringat kembali film tentang kisah Nabi Muhammad yang menceritakan ketika sang paman ingin menukar keponakannya dengan upeti pada seorang raja Kristen yang telah membantu menampung Nabi muda. Sang raja menolak dan berkata, "Saya telah mendengar apa yang diajarkan keponakan Anda dan berkesimpulan bahwa ajaranNya bak melihat sinar yang sama dari jendela berbeda."

Hari ini saya diajari untuk melihat segala sesuatu tidak dari kulitnya, namun dari pokok permasalahannya...

No comments: