Hari ini saya melawan hujan dan kemacetan di Jakarta untuk menonton film yang sudah saya nantikan : Eat, Pray, Love. Saya sudah membaca dan menikmati bukunya, dan sekarang penasaran menyaksikannya di"hidup"kan di layar kaca, terutama ingin menyaksikan keindahan Bali yang menurut berbagai media ditampilkan dengan sangat luar biasa.
Ketika film berdurasi cukup panjang itu selesai, saya bisa mengerti mengapa film ini gagal booming. Dari segi alur cerita, film ini gagal menampilkan esensi emosi dan jiwa yang tercetak luar biasa bagusnya di buku. Namun bukan berarti film ini jelek. Film ini bagi saya seperti rekaman video atas kejadian-kejadian yang dialami Liz Gilbert dan ditonton ulang beramai-ramai oleh kerabatnya di ruang keluarga. Itulah mengapa "jiwa" nya tak tertangkap, namun sinematografinya yang justru berbicara. Selama 2,5 jam saya dimanjakan dengan gambar-gambar yang indah. Saat Julia Roberts makan pasta di Italy, saya jadi ikut ngiler dan ingin juga makan pasta. Kehidupan miskin India digambarkan dengan romantisme warna yang meriah. Lalu Bali digambarkan sebagai surga dunia.
Di perjalanan pulang, tiba-tiba saja tercetus di benak bahwa saya juga punya pengalaman tentang ke tiga negara tersebut, hanya saja dalam urutan yang terbalik : Indonesia (Bali), India, Italia. Maka saya merenung, apa yang saya pelajari dari ketiga tempat itu? Berikut hasil perenungan saya :
Bali - Indonesia :
Saya pertama kali menginjakkan kaki di Bali saat masih SD bersama orang tua, kakak dan keluarga teman orang tua saya. Sejak saat itu, sudah tak terhitung kali saya datang ke sana. Setiap menghirup udara Bali, saya merasa semua permasalahan saya sirna karena suasananya yang begitu ... relaxing. Satu hal yang saya belajar dari bali adalah Tuhan menduduki tempat pertama di atas segala yang kita lakukan. Teman saya yang pengusaha garment di Bali sempat mengeluh, karyawannya kerap pulang untuk berbagai upacara. Di saat santai, saya selalu disuguhi pemandangan orang Bali dengan berbagai sesajen warna warni berarak ke Pura atau di setiap sudut jalan hingga dashboard mobil terdapat sesaji. Justru di Bali saya diingatkan untuk selalu memuliakan dan menyembah Tuhan di setiap kesempatan.
India:
Saya memutuskan untuk mengunjungi India saat mengambil libur 7 hari pada peringatan Kemerdekaan Indonesia di tahun 2006. Kesan saya terhadap India : saya tidak pernah melihat peninggalan sejarah yang begitu indah dan detil namun pada saat yang bersamaan saya mengalami shock budaya karena belum pernah melihat keadaan yang begitu melarat dan kumuh di sepanjang jalan yang saya lalui, kecuali di daerah parlemen, pemerintahan dan daerah elit dimana keluarga Gandhi tinggal. Selebihnya, sungguh pengalaman miris dan eye-popping yang terlalu panjang bila diceritakan di sini. Saya pulang membawa pengalaman tak terlupakan atas kejayaan Rajahstan dan kerajaan Mogul yang megah, serta pengalaman once in a life time, masuk menyentuh makam yang sesungguhnya dari Mun TajMahal beserta Syah Jehan - kesempatan sangat langka karena hanya dibuka pada hari-hari tertentu. Makam yang kita lihat 3 meter di atasnya adalah makam palsu yang dapat dilihat sehari-hari. Namun kalau boleh dipilih satu pelajaran yang saya peroleh dari India adalah : bersyukur untuk semua limpahan karunia kehidupan yang saya peroleh. Karena itu, kalau ada dari Anda yang kerjanya menggerutu dan complain atas segala kekurangan yang Anda terima di negara kita, sebaiknya Anda ke India. Dijamin pulang-pulang Anda akan menyukuri hidup di Indonesia.
Italia
Italia adalah tempat tujuan yang masuk dalam daftar rencana kunjugan saya dalam waktu dekat ini. Meski masih belum pernah ke sana, saya sudah cukup diakrabkan dengan budayanya. Saya suka setengah mati masakan Italia, mulai dari saladnya sampai pizza tipis dan pastanya yang memabokkan, dan es krim gelatonya yang kenyal dan lumer di ronggga mulut. Saya suka lagu-lagunya yang cenderung romantis dan menenangkan. Saya bahkan sempat menikmati sepotong Venisia di Makau melalui romantisme gondola lengkap dengan dendangan serenada yang dilantunkan para gondolier Italia yang tampan. Saya merangkum citra Italia menjadi satu : Experience and Enjoy Life! Suatu hal yang mendarah daging yang dilakukan oleh Bangsa Italia secara alami sampai pada detil kehidupan yang terkecil, tanpa perlu direncanakan sebelumnya seperti kebanyakan dari kita harus secara khusus merencanakan liburan untuk dapat menikmati hidup.
Jadi kalau saya diminta membuat judul atas Indonesia (Bali), India dan Italia, maka mungkin jadinya adalah : Doa, Syukur, Hidup.
Hari ini saya disadarkan untuk senantiasa memuliakan dan bersyukur kepada Tuhan atas segala nikmat hidup yang diberikanNya kepada saya.
No comments:
Post a Comment