Sunday, October 24, 2010

24 Oktober 2010 : Batas Canda

Saya tengah melepas lelah di sebuah restoran Thai yang nyaman di daerah rumah setelah badai yang mendera selama berhari-hari akhirnya usai sudah. Saya duduk di meja tengah. Di sebelah kiri saya sebuah keluarga ayah, ibu dan kedua anak puterinya yang menjelang remaja duduk santai bersama seorang wanita bule. Namanya juga punya kuping, saya jadi tanpa sengaja mendengarkan pembicaraan mereka. Sebenarnya topiknya ngalor ngidul, tapi saya jadi tertarik ketika sang ibu dan bapak berwajah Oriental dan beraksen singlish yang kental ini saling beradu meledek di hadapan anak dan tamunya dengan mengatakan "The Lung's way" and the "Dharmawan's way" (bukan nama sebenarnya). Mereka merujuk pada nama keluarga masing-masing. Candaan ini semakin seru hingga puncaknya membuat saya terusik ketika sang suami menerima saja ledekan isterinya dengan mengatakan, "my father is quite unique. I mean, it's okay to stay with him two or three days but more than that it can be quite nerve breaking."

Wow. Wait a minute. Saya hampir menoleh dan menukas, "Pak, you make fun of your own father, wait until you hear the same words from your own daughter. And it seems like it's not impossible, knowing that an apple never falls far from its tree..."

Saya jadi heran. Apanya yang lucu ya? Saya jadi ingin tahu apakah ia ayah yang lebih baik daripada ayahnya yang dibuat becandaan olehnya? Yang jelas sih, kalau saya jadi ayahnya, saya akan merasa sakit hati dibuat bahan ketawaan seperti itu. Saya merasa sangat prihatin dengan si Bapak rambut putih yang tampak lebih tua dari usianya itu karena mestinya di usia-usia seperti ini, ia menjadi seorang yang jauh lebih bijak.

Saya tahu, malam ini saya malas berpanjang-panjang membahas mengenai hal ini karena sudah ngantuknya setengah mati dan badan rasanya copot satu-satu, tapi pikiran dan telinga saya tak bisa lepas dari kejadian singkat tadi. Saya tiba-tiba merasa menjadi ayah sang ayah dan mendengar pas persis ketika si ayah rambut putih ini melontarkan candaannya. Saya seolah tersambar petir dan berjanji untuk hati-hati dalam berkomentar atau bercanda. Yang namanya orang tua itu bukan hal untuk dibuat candaan apa lagi kepada orang lain. Sampai-sampai si Bule berkomentar, "you seem like you don't mind the mocking and you take it lightly..."

Lain kali kalau mau mengeluarkan komentar saya mesti berpikir, "Kalau giliran saya yang menerima kata-kata itu, kira-kira saya gimana ya...." Yang namanya bercanda juga ada batasnya...

No comments: