Thursday, October 21, 2010

21 Oktober 2010 : Tanpa Emosi

You can change a challenge into an opportunity. Don't let yourself get flustered if something doesn't go your way - even if it's something important. If you give into nervousness or a fear of failing, you will make yourself weaker. Instead of facing a problem with a sense of panic, try to look at it as a puzzle you can solve with just a bit of creativity. In other words, transform fear into enthusiasm, and you will be able to make a positive out of a negative.

Begitulah bunyi saran yang saya peroleh di pagi hari dan ternyata benar-benar terjadi sepanjang hari ini. Saya tak bisa menceritakan secara detil, namun hari ini energi saya tersedot oleh orang-orang ber-energi negatif yang sungguh-sungguh menguras tenaga lahir batin. Mereka adalah orang-orang oportunis yang sok bermoral. Kalau mereka tidak berkedudukan penting, sudah lama saya tinggalkan. Tadi pun, saya lupa saran di atas dan sempat "menyemburkan api naga" sejenak. Saya berdoa, dan saya memperoleh jalan, lalu terhambat ganjalan lagi, dan berdoa lagi, lalu diberi jalan keluar lagi.

Selama pertemuan tadi saya berjuang keras untuk mengontrol emosi yang sudah dikocok-kocok sehingga hampir berada di ujung menyembur! Sulit untuk tidak terpancing dan sulit pula untuk fokus pada tujuan awal saya datang dalam berbagai pertemuan tadi, yaitu untuk memperoleh dukungan dan kerja sama, mengingat orang-orang yang di dalamnya sebagian berjiwa kerdil dan ya... itu tadi, oportunis egoistis. Sungguh tak mungkin mengubah kegeraman menjadi sebuah antusiasme. Namun semua yang tak mungkin dan sulit itu harus terwujud bila kita mau memenangkan argumen dan negosiasi agar semua yang kita inginkan bisa tercapai.

Maka sambil mengobrol saya memutar otak mencari jalan dan pada saat yang bersamaan saya berusaha keras mencoba mengatasi gejolak emosi saya dengan membatin : jangan emosi, jangan emosi, jangan emosi. Meditasi ringan yang saya lakukan sembari terus menarik ulur pembicaraan berhasil mengontrol emosi dan membuat saya lebih tenang. Ternyata ketenangan itu membawa rasa percaya diri orang kepada kita dan lebih mau menyerahkan diri atas berbagai prakarsa kita.

Hari ini saya belajar, tak peduli betapa takutnya atau bahkan marahnya kita, tampil tenang tanpa emosi membantu kita memenangkan "pertarungan".

O, satu lagi di luar pembahasan kita di atas, segala yang dimulai dengan licik dan keculasan pada akhirnya secara alami akan berbalik pada si culas dan justru termakan oleh kelicikan dan keculasannya sendiri. Sekali lagi saya diingatkan : God loves the needy, not the greedy.

No comments: