Thursday, October 28, 2010

28 Oktober 2010 : Suratan

Seorang yang dalam hitungan hari lagi akan menjalani eksekusi mati dipertemukan dengan anak-anak korban yang dibunuhnya bersama mantan ibu mertuanya oleh Oprah Winfrey. Mereka sangat kenal si pembunuh karena ia adalah mantan suami bibi anak-anak yang dahulu pada saat kejadian berusia 9 dan 3 tahun. Dan yang dibunuh oleh si Bapak ini adalah mantan isterinya dan mantan adik ipar beserta isterinya.

Empat belas tahun berlalu, semua pihak mengatakan bahwa kejadian itu sepertinya masih kemarin, dan setiap hari menghantui mereka. Apa kata si pembunuh? Menyesal. Menyesal karena kena pengaruh narkoba. Menyesal karena perbuatan yang dilakukan dalam hitungan detik itu berakibat sengsara setiap detiknya bagi semua orang yang terlibat di dalamnya, terutama anak-anak tak berdosa yang melihat dan mengalami sendiri tragedi berdarah itu. Apa kata Ibu Mertuanya? Beliau marah dan menganggap mantan menantunya pantas mati. Lalu apa kata anak-anak yang kini sudah berkeluarga itu? Mereka memaafkan mantan pamannya dan tidak menghendaki mantan pamannya dihukum mati. Mereka bilang bahwa kematian sang paman tidak akan menghidupkan kembali ke dua orang tua mereka dan hukuman mati hanya menambah satu orang lagi mati.

Saya tidak tahu apa yang dirasakan sang paman, hanya saya menyaksikan si paman begitu pasrah dan tenang, lalu mengobrol lewat satelit dengan kedua keponakannya seolah-olah tak ada yang terjadi, bahkan mengenang masa lalu saat mereka sedang bahagia bersama. Sang keponakan juga demikian. Buat saya hal itu sangat luar biasa. Biasanya kalau kita sudah berbuat salah, kita terjebak dalam penyesalan yang amat sangat sehingga tidak bisa melanjutkan kehidupan kita lagi. Demikian juga bila kita disakiti, biasanya kita berkutat dengan kebencian sehingga tidak dapat benar-benar melanjutkan kehidupan kita.

Tips para keponakan itu? it's meant to be. Sudah seharusnya terjadi. Dan apa yang terjadi haruslah kita terima dengan keikhlasan. Kalau kita berkutat pada dendam, maka kita tidak bisa maju, kita terkungkung masa lalu, dan betapa ruginya kita. Setiap kejadian yang ada di dalam hidup ini membuka jendela bagi kita untuk memenangkannya, apa pun bentuk kejadian itu. Kita akan menang kalau kita bisa mengikhlaskan apa pun yang terjadi dalam hidup kita. Menang atau kalah. Sehat atau sakit. Hidup atau Mati. Sempurna atau cacat. Berhasil atau gagal.

Hari ini saya belajar dimensi lain dari sebuah keikhlasan.Semoga saya mengingat bagaimana seharusnya menghadapi setiap momen kehidupan ini, terutama dalam keadaan genting atau bermasalah. Semua sudah suratan dan yang terjadi adalah jendela kesempatan kita memenangkan keadaan yang sedang melingkupi kita. Dan ikhlas adalah kata kuncinya...

No comments: