Malam ini saya kembali menjadi tempat curhat, kali ini soal pekerjaan. Dia mengeluh disirikin oleh rekan kerjanya dan situasinya sudah begitu menggerahkan, sampai dia ingin pindah kerja. Pesan saya ya supaya kalau pindah kerja tidak dalam keadaan bermasalah, sehingga namanya bersih. Saya juga mengingatkan kalau yang namanya orang sirik dan antagonis itu selalu ada di setiap situasi kerja. Mau pindah kemana pun pasti ada saja orang yang seperti itu. Akhirnya teman saya meminta tolong agar kalau ada informasi lowongan kerja, saya bisa membantu memberitahu dia.
Soal dimintai bantuan ini, waduh, tak terhitung jumlahnya dan permintaan bantuan ini macam-macam bentuknya. Ada yang meminta bantuan untuk mencarikan orang untuk lowongan yang harus segera diisi, ada juga yang minta bantuan untuk dicarikan pekerjaan baru. Dan untuk kedua ini levelnya mulai dari blue collar, sampai eksekutif tingkat tinggi. Sayangnya antara mereka yang minta dicarikan orang dan mereka yang dicarikan pekerjaan tidak ada yang klop. Coba ada yang klop mungkin saya sudah bisa buka bisnis baru, headhunter. Kadang-kadang permintaan kedua belah pihak ini sangat bertubi-tubi sampai saya pusing sendiri. Ingin rasanya berteriak saya ini konsultan komunikasi, bukan biro pekerjaan! Tapi ya... saya kemudian berpikir, kalau ada yang meminta tolong kepada saya, berarti mereka merasa saya orang yang tepat dan kompeten untuk membantu mereka. Maka semua permintaan saya tampung, siapa tahu memang sedang ada yang membutuhkan, dan siapa tahu saya menjadi kepanjangan tangan takdir mereka untuk memperoleh orang atau pekerjaan yang tepat.
Itu baru soal pekerjaan. Yang pusing kalau soal uang. Ada saja yang berpikir saya ini sumber uang. Dikira saya ini kaya raya dan uang tak berseri. Mulai dari minta bantuan sekolah, sampai untuk menutup biaya hidup yang secara darurat menjadi membengkak. Kalau yang ini, saya lihat lihat, kalau menurut saya memang layak dan perlu dibantu, mengapa tidak. Mungkin uang saya pas-pasan, tapi kalau uang pas-pasan saya ini bisa benar-benar memberi perubahan dan menyelamatkan seseorang, saya rela -tulus dan ikhlas. Tapi kalau saya merasa bahwa minta bantuannya karena kurang berusaha, ya saya tidak menggubris. Pasalnya, jenis orang yang mau gampangnya banyak sekali sehingga kita harus berhati-hati menghadapinya.
Ketika bertemu kakak saya Gita beberapa waktu lalu, dan juga saat temu kangen dengan mantan klien saya, kami banyak bertukar cerita. Mereka bercerita tentang orang-orang yang kami kenal, dan sebagian besar isinya kok susah, susah, susaaaaaah aja. Kami sepakat menarik napas panjang dan berkata,"Kok banyak orang susah ya di dunia ini." Bukan hanya itu, di keluarga sendiri, ada saja kejadiannya. Sebagai sebuah keluarga yang kompak, keluarga saya sering berunding kalau ada sebuah kejadian. Saat tante kami dideteksi terserang kanker, kami mendiskusikan tentang menanggung biaya perawatan secara bersama-sama. Ketika ada kejadian meninggal, kami juga mendiskusikan urunan membantu keluarga yang kesusahan. Ketika ada yang menikah, juga kami mendiskusikan urunan membantu keluarga yang sedang berbahagia. Ketika rumah ibu kami perlu direnovasi, segera kami berlima mendiskusikan siapa melakukan apa dan urunannya juga berapa. Jadi meskipun uangnya terpakai untuk hal-hal yang akhirnya tidak bisa semuanya dinikmati sendiri, kami bahagia. Karena itulah esensi hidup keluarga kami. Bahagia. Namun saya sadar, tidak semua keluarga seberuntung kami dalam hal rukun dan bahu membahunya.
Masing-masing dari anggota keluarga kami sering didatangi oleh kenalan kami masing-masing atas kesusahan mereka. Ada yang bisa dibantu, dan ada yang tidak. Ada permintaan bantuan yang masuk akal, ada yang tidak. Misalnya meminta bantuan meminjam uang untuk membiayai perkawinan, buat saya itu termasuk yang tidak. Bagi saya sebuah perkawinan harus dilaksanakan sesuai kemampuan kita. Jangan mau mewah-mewah, habis itu hutang tak terbayar. Kalau mampunya makan-makan sederhana di rumah, ya jangan pesta-pesta di gedung.
Terhadap semua permintaan bantuan itu saya lalu bertanya: Why me? Apakah karena mereka melihat saya ini lemah hati sehingga gampang diminta-mintai? atau karena mereka merasa saya dapat diandalkan? Tapi saya lalu segera mengarahkan pada diri saya sendiri: kalau ada apa-apa dengan saya, kepada siapa saya mengadu dan mengapa orang itu yang dituju? Apa pendapat orang yang saya mintai bantuan? Apakah saya dianggap mengada-ada juga?
Saya lalu menyadari, ketika kita putus asa dan sudah mentok setelah berusaha sesuai dengan kemampuan kita, maka kita akan mencoba mencari berbagai jalan untuk mengatasinya. Jalan pertama yang pasti akan kita tempuh adalah mencoba menggedor pintu nurani orang orang yang kita anggap dapat diandalkan. Bisa jadi yang kita butuhkan adalah kesediaan untuk mendengar dan memberi saran saja, meski bisa juga pertolongan tindakan konkret yang diharapkan.
Seperti dikirim malaikat, malam ini saya mendapat sebuah kutipan yang menjawab pertanyaan saya soal bantu-membantu. Kutipan itu datangnya dari buku The Power of Positive Choices : Adding and Substracting Your Way to A Great Life oleh Gail McMeekin. Katanya :
"What are your personal anchors - people, things, places or rituals - that keep you connected to yourself, your sense of well-being and your feelings? What makes you feel secure in the world? Who or what can you count on for support? Make a list of these anchors so you can access them when you feel stranded and unsure."
Malam ini saya dibuat mengerti bahwa ketika seseorang datang menghampiri saya pada saat kesusahannya, saya mendapat kehormatan dan anugerah menjadi tempat berlabuh yang dianggap dapat diandalkan. Tidak banyak orang yang mendapat anugerah seperti ini, jadi selayaknyalah saya bersyukur. Jadi, mulai sekarang seharusnya komentar saya beralih dari "why me?" menjadi "Thank God it's me".
Dengan kesimpulan itu saya ingin menutup renungan saya hari ini dengan menyanyikan sebuah lagu kesayangan Putri Diana yang diadaptasi dari sebuah doa yang diucapkan oleh Santo Fransiskus dari Assisi:
Make me a channel of your peace
where there is hatred let me bring your love,
where there is injury, your pardon, Lord,
and when there is doubt, true faith in you
O Master grant that I may never seek,
so much to be consoled or to console;
to be understood as to understand,
to be loved, as to love with all my soul!
Make me a channel of your peace
where there's despair in life let me bring hope,
where there is darkness, only light,
and where there's sadness,ever joy
Make me a channel of your peace
it is in pardoning that we are pardoned,
in giving ourselves that we receive,
and in dying that we're born to eternal life
No comments:
Post a Comment