Kemarin malam saya menanyakan kepada Anda dua hal yang ditanyakan oleh seorang teman kepada saya:
1. Bila saat ini dokter memberitahu bahwa Anda mengidap kanker stadium akhir dan kemungkinan hidup Anda akan berakhir enam bulan lagi, apa yang akan Anda lakukan?
2. Apakah Anda akan segera memberitahu pasangan Anda?
Sampai malam ini, jawaban untuk keduanya masih mengalir. Saya mulai dari pertanyaan kedua. Semua menjawab ya, artinya akan segera memberitahu pasangannya. Yang menarik adalah jawaban atas pertanyaan pertama. Tak ada satu pun yang sama. Pagi-pagi teman saya menjawab, "Terus terang saya tidak tahu mesti berbuat apa. Mungkin saya akan bertanya pada Tuhan apa salah saya." Sebagian menjawab akan menghabiskan waktunya bersama orang tercinta, terus membakar semangat siapa tahu bisa memperpanjang hidup atau bahkan sembuh. Ada yang mau minta ampun pada Tuhan dan menyiapkan diri untuk menghadap Tuhan. Ada yang tetap berobat, berdoa dan beribadah, ada lagi akan memanfaatkan sebaik-baiknya menikmati sisa hidupnya dan mencari pengobatan alternatif. Saya sendiri? Jawaban saya adalah akan tetap berkarya dan memanfaatkan waktu saya sebaik mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain.
Sebenarnya ada sebuah jawaban yang benar-benar lain daripada yang lain yang membuat saya terperangah dan merasa betapa saya ini masih tidak ada apa-apanya. Jawaban itu terngiang dalam pikiran saya sampai saat ini dan menjadi kekaguman luar biasa, karena ini adalah jawaban dan kisah nyata tentang akhir hidup kekasih teman yang menanyakan kedua hal ini kepada saya, kemarin.
Di awal tahun 2009, teman saya ini mendapat kabar dari dokter bahwa kekasihnya menderita kanker pankreas stadium akhir dan diperkirakan hidupnya tinggal 6 bulan lagi. Mereka berdua adalah orang yang independen. Keluarga teman saya berasal dari luar negeri, dan kekasihnya sudah tidak punya sanak saudara lagi di sini. Maka beban moral jatuhlah di pundak teman saya. Setelah mempersiapkan diri untuk menyampaikan kabar pada kekasihnya, ia memulai penjelasannya dengan menanyakan pertanyaan pertama tadi. Dia mengatakan, "Saya akan memberikan sebuah pertanyaan sulit : jika saat ini dokter memberitahu kamu bahwa kamu menderita kanker stadium akhir dan hidupmu diperkirakan hanya enam bulan lagi, apa yang akan kamu lakukan?" Kekasihnya menjawab, "Pertama-tama saya akan bersyukur kepada Tuhan atas penyakit yang diberikannya karena dengan penyakit ini saya bisa merasakan betapa besarnya anugerah kehidupan yang sudah diberikanNya kepada saya. Kedua, saya juga bersyukur bahwa Tuhan telah mengirim kamu untuk saya, namun sekaligus penyakit ini akan menjadi bahan bagi saya untuk mengetahui seberapa tulus cinta kamu kepada saya. Bila kamu benar-benar mencintai saya, kamu akan tinggal sampai saat terakhir, namun bila tidak kamu akan meninggalkan saya." Mendengar jawaban kekasihnya, teman saya memberitahu bahwa ia memang divonis terkena kanker pankreas stadium akhir dan hidupnya diperkirakan tinggal enam bulan.
Teman saya lalu merawat kekasihnya dengan penuh kasih sayang dan keteguhan hati. Ia pernah nyaris mengorbankan karirnya yang cemerlang di dunia perbankan demi merawat kekasihnya. Ia dan kekasihnya masih menunjukkan kemesraan luar biasa, bahkan di tengah selang infus. Ia bercerita meskipun sang kekasih sudah tidak bisa sikat gigi karena sakitnya, mereka masih menyempatkan saling memberikan ciuman kasih. Dan ketika kekasihnya memang menghembuskan napas terakhirnya di bulan Juni tahun lalu, ia yang mengurus semua keperluan kremasinya. Segala suka dukanya kemudian ia catat dan sedang dibukukan yang rencananya akan diluncurkan bulan Desember ini bersamaan dengan perayaan Natal sebagai peringatan akan sebuah cinta putih yang pernah hadir di dunia ini.
Kisah teman saya dan kekasihnya menjadi pembelajaran dan inspirasi luar biasa bagi saya. Jawaban sang kekasih atas pertanyaan pertama tadi, benar-benar menampar saya karena dari jawaban saya, terlihat bahwa sampai detik ini, saya masih saja sibuk dengan diri sendiri. Lihatlah jawabannya yang luar biasa. Bersyukur kepada Penciptanya!
Teman saya juga menjadi contoh hidup yang luar biasa tentang ketulusan cinta. Kalau Anda bertemu dengannya, Anda pasti bisa melihat betapa sinar terang yang menenangkan memancar dari wajahnya yang bersih. Ia selalu tersenyum, bahkan dalam kondisi yang melelahkan. Terus terang, saya tidak tahu apakah saya bisa sekuat, sesabar, setelaten dan sebertahan dia.
Dalam hidup ini, saya masih perlu banyak belajar. Di awal tahun saya sudah diingatkan tentang berdamai pada diri sendiri dan tentang unconditional love. Rasanya, sampai detik ini, di bulan ketiga, saya belum ada kemajuan yang berarti ...
Di tengah semua yang berkecamuk dalam pikiran saya itu, hari ini saya mendapat "pekerjaan ekstra" menyetir sendiri pergi dan pulang dari kantor karena supir pribadi saya sedang sakit. Selama perjalanan, saya memasang CD Secret Garden yang terbaru, bertajuk Secret Garden with Special Guests : Inside I'm Singing. Pergi dan pulang, saya hanya memutar satu lagu saja berulang-ulang, yaitu lagu ke dua berjudul Thank You, yang dilantunkan penyanyi Swedia Peter Joback, dengan lirik ditulis sangat indah oleh Brendan Graham. Saya ikut menyanyi berulang-ulang sampai hapal liriknya. Begitu indahnya melodi dan kata-katanya, sampai saya membayangkan indahnya bila lagu ini bisa mengiringi acara sungkeman pernikahan keponakan saya Vanessa tahun depan. Namun, malamnya ketika pulang, semua bayangan pesta putih di gereja itu memudar. Saya mendadak sadar dan menangkap esensi yang jauh lebih besar lagi dari lagu ini. Saya lalu membayangkan lagu ini sebagai ungkapan hati almarhum kekasih teman saya pada Sang Khalik. Maka tiba-tiba lagu ini pun menjadi ungkapan jiwa saya yang terdalam atas kebesaran dan anugerah yang tak terkatakan yang diberikan Tuhan pada saya. Saya ingin membagikannya dengan Anda dan ingin menyanyikan lagu ini setiap saat dalam hati agar setiap kali mendengarnya didendangkan jiwa, saya diingatkan untuk tak habis-habisnya bersyukur atas anugerah kehidupan yang diberikanNya...
If I lived to be a thousand years,
If I ruled the world - its hemispheres,
I could not repay the love you brought my way
So, I want to say it now -
to thank you for each day you gave me.
Thank you for the Mondays,
Saturdays and Sundays,
Everyday the whole year through;
Thank you for the fun days,
All the number-one days,
Battles-to-be-won days, too;
I just want to say it,
Thank you for each day with ... you.
We have just one life to seize the day,
We only have what time there is to say ...
and do what we must do, express our gratitude,
So, I want to say it and sing it now to you.
Thank you for the Mondays,
Saturdays and Sundays,
Everyday the whole year through;
Thank you for the fun days,
All the number-one days,
Battles-to-be-won days, too;
I just want to say it,
Thank you for each day with ... you.
At the close of every day,
When I close my eyes to pray,
All I need to do, is just to think of you ...
Then, all I need to say ... is ...
Thank you for the Mondays,
Saturdays and Sundays,
Everyday the whole year through;
Thank you for the fun days,
All the number-one days,
Battles-to-be-won days, too;
I just want to say it,
Thank you for each day with ... you.
*Terima kasih tak terhingga bagi teman-teman yang sudah berpartisipasi menjawab pertanyaan saya. Tuhan Berkati.
No comments:
Post a Comment