Kemarin malam setelah saya menutup blog ini, saya langsung berdoa minta petunjuk Tuhan bagaimana harus mengatasi 3 pekerjaan besar dalam sehari saat media expert saya cuti, sekaligus memasrahkan padaNya untuk pemecahannya.
Dalam perjalanan menuju kantor, saya memutuskan untuk segera membicarakan solusinya dengan tim. Ketika sampai di kantor dan bertemu dengan sang media expert di ruang keuangan, saya langsung bilang, "Habis ini kita bicarakan buat tanggal 20 ya. Kan kamu mau cuti." Saya melirik. Wah, saya dapat balasan lirikan ketus dengan mulut yang ditekuk. Dalam hati, saya geli juga melihat reaksinya: this is going to be fun and interesting!
Saat membahas bersama tim terkait, saya menangkap bahwa dia mulai percaya bahwa saya benar-benar akan merelakannya cuti dan menanggung beban kerjanya bersama tim yang lain. Kesebalan dan kecemasannya berganti antusiasme dan bahkan membuatnya bekerja lebih semangat dan produktif. Sebelum siang berganti sore, kami bukan hanya punya solusi untuk pekerjaan yang menumpuk dalam sehari itu, namun sebuah hati yang ceria dan penuh semangat. Lebih dari itu, saya menceritakan secara jujur kepada salah satu klien kami tentang kondisi beban kerja tanggal 20 itu, dan bagaimana kami akan berbagi peran. Klien memahami, menghargai dan mendukung upaya kami. Diam-diam, saya kembali pada Sang Pencipta, mengucapkan sebait kata terima kasih dan syukur atas pencerahan dan bimbinganNya.
Sepanjang sisa hari ini, saya tak henti-hentinya bersyukur atas pembelajaran yang saya terima. Selama ini kalau diperhatikan kalau sudah frustrasi terhadap sebuah keadaan, kita cenderung jadi bertanduk, mulai sok powerful dan menekan orang lain agar apa yang kita inginkan bisa keturutan. Berhasilkah gertak sambal kita? Sering kali sih berhasil... memenangkan dan memuaskan nafsu kekesalan kita saja. Yang terjadi malah semuanya mungkin terlaksana, tapi hubungan dengan yang bersangkutan sudah tidak sebaik semula lagi. Atau bahkan putus hubungan. Kadang tampaknya putus hubungannya baik-baik, tapi yang terjadi rasanya sih sumpah serapah dan berbagai kutukan dari pihak sana. Saya ingat, berapa kali saya marah-marah karena tidak puas dengan kinerja seseorang, dan akhirnya yang saya dapat malah orangnya "mutung". Kalau sudah "mutung", sebetulnya yang "buntung" bukanlah orang yang bersangkutan, tapi justru saya sendiri. Saya jadi repot harus mencari pengganti yang belum tentu lebih baik dari orang yang sudah saya bikin "mutung" itu...
Hari ini saya belajar, kalau kita lebih mau memahami orang lain, maka bukan saja terjadi solusi yang lebih baik, namun kinerja dan semangat ke-solid-an tim juga terbina dengan lebih baik. Buktinya, untuk ketiga pekerjaan yang harus diselesaikan dalam sehari tanggal 20 depan, media expert saya dengan penuh tanggung jawab segera mempersiapkan dengan ekstra lengkap semua kebutuhan lengkap dengan back up plannya, untuk menghadapi kalau-kalau terjadi berbagai kemungkinan saat ia tidak ada di sana nanti - bahkan mulai dari hari ini! Saya berpikir, kalau saja saya bersikap seperti ini dari dulu-dulu, hidup saya tentu lebih mudah dan relaks ...
Maka, dari kejadian dua hari ini, lahirlah sebuah kata bijak : pray to God and be considerate to others and you will gain much more than just reaching your goals!
No comments:
Post a Comment