Saturday, March 20, 2010

20 Maret 2010 : ekspresi

Pagi ini saya membaca majalah Time edisi terbaru dan menemukan sebuah kolom menarik tentang ChatRoulette. Apa itu chatroulette? Setelah serbuan friendster, facebook, twitter, hi5 dan sebagainya, sekarang ada chatroulette. Baru saja saya mencobanya di chatroulette.com. Ini ajang chat berkamera yang memberi kesempatan buat kita untuk mengadakan bincang-bincang atau sekedar menonton orang di seberang sana, dan kalau bosan dia atau kita bisa mengklik "next" untuk pindah secara acak ke chatrouletter berikutnya. Chatrouletter, begitu pengguna jasa ini disebut. Seru juga sih, aneh aneh gayanya. Ada yang bengong, ada yang memanfaatkan untuk aksi aneh-aneh. Kalau sebal dengan gayanya, klik saja, kita pindah bertemu dengan orang di belahan dunia lain yang belum pernah kita kenal sebelumnya.

Saya menilai ajang ini adalah tempat buat orang iseng dan kesepian. Tak dapat dipungkiri, di dunia dengan perkembangan teknologi nirkabel yang begitu pesatnya, orang-orang yang tadinya kesepian menjadi punya kesibukan dan mainan baru. Saya sendiri sekarang sudah tidak bosan lagi menunggu appointment karena di sela jeda waktu itu saya bisa membuka facebook dan chat dengan teman-teman SD saya dulu. Saya juga jadi terkoneksi dengan mereka yang saya pikir sudah hilang. Memang, dampak buruknya, gadget mutakhir bisa membuat kita jadi autis, sibuk sendiri. Saya sering melihat orang pacaran tapi keduanya sibuk dengan blackberry masing-masing. Saya jadi bertanya apa gunanya kencan kalau dua duanya sibuk sendiri? Lebih baik di rumah masing masing saja, dan lebih mesra chatting lewat bbm ketimbang secara fisik berdua namun jiwanya kosong karena terpateri barang yang nyawanya tergantung baterai. Tapi, pagi ini saya tidak mau mengomentari hal ini, karena saya baru saja belajar ternyata ada cara baru mengekspresikan diri melalui kamera dan suara tanpa perlu takut-takut dicaci maki. Chatroulette. Toh saya tidak kenal lawan bicara saya, sehingga tak perlu peduli perasaannya.

Beberapa hari lalu saya bertemu dengan seorang pimpinan media yang menceritakan hasil risetnya mengenai media ekspresi diri ini. Katanya, ternyata masing-masing media memiliki pasarnya tersendiri. Dari hasil survey, diketahui bahwa pengguna terbesar facebook adalah mereka yang berusia 35 tahun ke atas. Bagi mereka, facebook adalah ajang pamer dan nostalgia, dimana foto sanak keluarga dan teman-teman diupdate dengan rajin, dan isi daftar temannya memuat kawan-kawan TK sampai terkini, dan menjadi ajang reunian. Bagi mereka di usia 25 - 35 yang merasa harus eksis, twitter jadi pilihan utama. Di sini mereka bisa meng update dunia tentang apa yang dilakukannya. Untuk mereka di bawah 25 yang merasa kreativitas dan ekspresi mereka tak bisa dibatasi oleh jumlah kata dan kolom, maka bloglah yang dipilih. Di sini kaum remaja bisa bebas berekspresi, mengaum dan menghias blog sesuka mereka. Blog ini juga memberi kesempatan untuk menulis sepanjang mereka mau, memasukkan foto sesuai cerita dan seterusnya. Anda masuk yang mana? dan cocokkah kategori di atas? Tentu selalu saja ada lintas minat dimana sebagian kecil dari usia 35 ke atas yang masih main twitter dan blog macam saya ini, atau remaja yang tak kalah getolnya masuk ke facebook dan update twitter..

Saya jadi ingat lagi awal saya menulis blog ini melalui film Julie and Julia. Ketika media tradisional yang ada tak lagi dapat memenuhi dan menampung kebutuhan kita untuk menyiarkan pesan yang ingin kita sampaikan, sekarang kita punya jalur alternatif yang digemari orang tanpa perlu repot-repot mencari di lapak atau membayar. Mungkin karena itu media tradisional kini mulai ditinggalkan penggemarnya dan beralih ke media mobile. media tradisionalpun tak punya pilihan selain merangkul komunitas mobile ini. Bahkan sebuah kelompok majalah menata kembali peta majalah remaja miliknya dengan membunuh sebuah majalah dan berkonsentrasi pada majalah yang sudah memiliki komunitas cukup banyak. Itupun hanya dilakukan sebagai basis saja, karena komunitas yang sesungguhnya mereka bina melalui media blog, facebook dan twitter. Maka kini muncullah generasi new media.

Saya yang termasuk generasi pecinta facebook (jadi tahu dong lingkup usia saya ada di mana), dihadapkan pada pilihan : Mau terpaku pada media tradisional atau mengikuti perkembangan new media. Pagi ini saya disadarkan saya tak punya pilihan selain mengikuti perkembangan zaman. Kalau tetap dengan media itu itu saja, saya tak akan berkembang, dan hanya jadi barang kuno saja. Saya jadi ingat ibu saya yang berusia 81 tahun namun bisa berkomunikasi aktif melalui sms dengan telepon genggamnya berfasilitas kamera mega pixel. Ia sudah lama meninggalkan kebiasaan membuka komputer desktop dan beralih ke teknologi mobile yang mempermudah hidup berkomunikasinya dengan anak cucu. Tak dapat dipungkiri, ibu saya menjadi ibu, tante, eyang dan eyang buyut yang terfavorit, dekat dengan semua orang karena kemampuannya mengikuti perkembangan teknologi komunikasi meskipun isi pesannya terkadang masih sama saja. Menasihati dan menceramahi. Namun terkadang saya merasa surprise atas kalimat-kalimat bahasa Inggrisnya yang canggih beserta singkatan terkini seperti GBU dll. Wow!

Pagi ini saya disadarkan bahwa semakin hari saya semakin dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang semakin canggih untuk mengekspresikan diri dan terhubung dengan berbagai lingkar kelompok saya. Mulai lingkup keluarga, teman, komunitas hingga dunia. Suara yang biasanya saya telan sendiri, kini bisa serta merta diakses di seluruh dunia.

Balik lagi ke chatroulette, saya baru saja mendapat tontonan striptease gratis dari seseorang yang tidak saya kenal. Namun karena menjijikkan, saya langsung klik "next". Saya dapat pelajaran lagi. Meskipun ada sarananya, saya harus berhati-hati, bijak dan smart menggunakan teknologi ini. Kalau tidak informasi yang beredar isinya cuma sampah saja. Saya sudah mengutarakan suara saya, berekspresi melalui blog ini. Bagaimana dengan Anda? Ayo, dong mulai juga...

No comments: