Saya menemui teman-teman yang sudah menunggu lebih setengah jam dari meeting terakhir di Plasa Senayan dalam keadaan benar-benar kecapaian karena dalam sehari ini, jadwal saya sungguh padat. Pagi-pagi saya sudah ditelepon minta pertemuan jam 12:30 dimajukan ke jam 12:00 sehingga pertemuan yang jam 10:30 harus didelegasikan kepada account executive saya. Lalu pulang dari pertemuan makan siang tersebut, saya sudah ditunggu meeting yang saya selesaikan kurang dari satu jam, dan bergegas meeting lagi di Plasa Senayan yang berujung molor, karena serunya diskusi. Lalu saya masih janji dengan teman-teman tadi.
Wajah capek saya langsung tertangkap, dan saya bercerita bahwa minggu kemarin tekanan darah saya mencapai 160/105. Mereka kaget dan langsung membereskan hasil karya mereka. Mereka bilang, "Udah deh, elo pesen makan aja dan santai." Kemudian keluarlah ribuan kata nasihat mereka. Salah satu dari mereka bahkan bilang, bahwa kalau sakit, kantor toh tidak akan peduli, paling-paling dikirimin karangan bunga! Mungkin maksudnya adalah rangkaian bunga cepat sembuh, namun mendengar kata karangan, bayangan saya larinya ke krans duka cita!
Saya jadi berpikir, iya, benar juga ya. Pekerjaan tak akan ada habisnya, makin lama makin menuntut dan hidup kita diperas habis-habis kalau kita tidak bisa bilang stop! Tapi kalau tiba-tiba stop juga tidak bertanggung jawab. Saya langsung teringat beberapa jam yang lalu saya menegur kepala bagian di kantor karena di divisinya, dari tiga orang yang ada, dua cuti, termasuk dia sendiri! Memang benar, dia capek dan butuh istirahat, tapi kalau sampai cutinya bikin kerja operasional menjadi timpang dan tersendat, itu tidak benar. Mestinya ia bisa mengatur cuti dengan lebih baik! Saya jadi ingat lagi, waduh, ini kedua kalinya dalam waktu kurang dari seminggu saya mengomel tentang cuti, padahal saya sendiri juga butuh ... apa ya istilah tepatnya untuk take a break? not exactly sekedar istirahat sih...
Saya lagi berpikir, bagaimana ya caranya take a break yang bertanggung jawab di tengah kesibukan yang akan semakin menggila? Tentu saya tidak bisa tiba-tiba ambil cuti begitu saja. Dan saya juga tidak bisa complain kalau meeting yang berturut-turut dengan jadwal yang ketat itu adanya dalam kurun waktu kerja. Selama ini jadwal saya sudah penuhnya setengah mati di jam kerja, saya juga masih mencoba memasukkan jadwal untuk bersosialisasi setelah itu. Habis, kalau saya buang semua kegiatan sosialisasinya, nanti hidup saya kerja kerja kerja saja, padahal saya maunya kerja untuk hidup, dan bukannya hidup untuk kerja. Atau, perlukah saya justru take a break dari acara sosialisasi? Padahal, acara itu justru yang membuat saya cukup relaks dengan ketawa-ketiwi bersama teman-teman dekat saya. Teman saya tadi bilang, jadwal meeting saya yang padat membuat saya capek secara fisik maupun mental karena lompat dari sebuah topik bahasan ke topik bahasan yang lain butuh kerja otak yang cepat dan berat. Saya pikir-pikir iya juga ya. Mungkin sekarang saya sudah di ambang mau muntah dengan banyaknya klien yang saya tangani. Tak terbayang jadwal mereka yang menumpuk, tapi mau dibagikan ke siapa lagi? Rasanya saya dan partner kerja saya yang lain sudah bagi-bagi tugas, bahkan untuk klien yang baru masuk sudah saya limpahkan ke rekan kerja yang lain.
Setelah merenung sesaat, saya berkesimpulan ada dua hal : beban kerja/aktivitas dan manajemen waktu. Besok pagi-pagi, setelah meeting pagi dan memberi pengarahan kepada account executive tentang sebuah pekerjaan, saya akan duduk membuat daftar beban kerja dan aktivitas saya. Lalu saya akan menentukan slot waktu yang saya sediakan untuk kerja dan aktivitas, serta mem-blok waktu istirahat. Setelah itu saya akan memasukkan daftar kerja dan aktivitas itu dalam kolom waktu yang tersedia berdasarkan prioritas. Bila tidak bisa masuk, haram hukumnya untuk mencuri blok waktu istirahat. Jadi, kegiatan tersebut akan masuk dalam daftar tunda, atau bahkan dicoret sama sekali dan dilupakan. Kalau ada pekerjaan yang meluap, ya akan dilimpahkan pada rekan lain saja, namun kalaupun masih tak ada yang menampung, ya lupakan saja...Let's see how it works.
Malam ini, setelah dapat ancaman menerima karangan bunga dari teman, saya belajar mendata pekerjaan dan aktivitas pribadi, melakukan skala prioritas dan tak segan membabat yang tidak tertampung, serta mendesain manajemen waktu yang paling baik bagi saya, dengan menganggarkan waktu istirahat yang cukup dan tidak dapat ditawar-tawar atau dikorupsi. Kedengarannya sangat teoritis, sih, but worth trying. Semoga berhasil.
No comments:
Post a Comment