Sunday, March 14, 2010

14 Maret 2010 : kesempatan

Kalau Anda datang ke katedral Malang, Anda pasti tidak punya pilihan selain khusuk mengikuti misa karena pengelola gereja sudah sedemikian canggihnya mengakali kebiasaan buruk kita mencuri-curi melihat dan membalas sms di telepon genggam kita. Mereka memasang alat pengacak sinyal sehingga semua operator tak berdaya di sekitar kawasan gereja. Mungkin para pastor sudah mati akal mengingatkan umatnya untuk mematikan handphone saat misa berlangsung. Itulah yang terjadi saat hari ini saya mengikuti misa Minggu di Katedral Malang. Dua operator telepon genggam saya dibuat keok.

Dengan lumpuhnya alat komunikasi andalan, saya jadi lebih fokus untuk beribadah. Sayangnya, setelah bacaan injil yang panjang dan dibaca dengan tersendat-sendat keliru-keliru oleh sang pastor karena pengelihatannya yang sudah kurang baik, Beliau malah unjuk kebolehan dalam membaca. Kotbah yang dibaca dari catatannya sampai ke titik koma itu begitu monoton, formal dan kering sehingga keponakan saya yang berusia 6 tahun pun sempat tertidur dan mimpi buruk di gereja! Saya sendiri sudah mati gaya. Dengan arah kotbah yang tidak jelas dan begitu bertele tele, saya sudah menengok ke kanan kiri, membaca berita gereja sampai ke credit title nya, dan menghitung berapa orang yang juga tertidur di sekitar saya. Di satu titik hampir saja berdiri dan berteriak "Stop!" Untung, Tuhan mendengar teriakan hati saya dan si pastor segera menghentikan kotbahnya.

Kejadian ini, bukan yang pertama. Tapi inilah pertama kalinya saya mengalami dimana si pastor memperoleh fasilitas mewah seperti pengacak sinyal, tapi menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Dalam kejadian serupa, saya pernah bilang ke dewan gereja mau memberikan kursus gratis ketrampilan presentasi. Saya bilang, kalau ada lomba masuk neraka, maka si pastor sudah pasti masuk neraka duluan. Bapak Ketua Wilayah pucat dan bertanya kok bisa begitu. Saya jawab, "Lha bagaimana pak, Pastor itu sudah diberi anugerah kesempatan luar biasa. Umat sudah dikumpulkan. Waktu sudah diberikan. Tapi Beliau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan dengan menyampaikan kotbah yang begitu bertele-tele, lama dan membosankan sehingga umatnya tidak mendengar ajaran yang seharusnya disampaikan." Pak Kepala Wilayah mencerna sebentar lalu berkata,"Iya, benar juga ya." tapi Beliau tak berani menyampaikan tawaran saya pada sang pastor.

Hari ini, pastinya alasan saya tadi bertambah karena fasilitas yang diberikan kepada pastor ditambah satu lagi dimana umatnya tidak punya pilihan kegiatan lain karena hak mengakses informasi di telepon genggamnya juga sudah dirampas, masih saja sang pastor gagal menyampaikan pesanNya." Kalau saja sang Pastor mengerti bagaimana berkomunikasi dan mengetahui teknik menyampaikan pesan dengan baik, maka kesempatan pergi ke gereja semakin memberikan pengalaman dan pengetahuan batin bagi umatnya. Pastor mungkin tak tahu bahwa rentang perhatian seseorang tak lebih dari 7 menit dan bahkan waktu 30 detik pun dapat memberikan waktu yang efektif untuk menyampaikan pesan pada target audience nya. Tidak percaya? Iklan yang Anda tonton itu hanya berkisar antara 10 sampai 30 detik,namun kita semua bisa menangkap pesannya karena dilakukan secara kreatif dan efektif dengan memanfaatkan waktu se efisien mungkin.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, bukan cuma pastor yang seperti itu. Saya juga sering seperti sang pastor. Mungkin tidak dalam berkotbah, karena saya tidak pernah berkotbah, tapi dalam berbagai hal lain dalam hidup ini. Saya sering tak sadar sudah diberi kesempatan, dan menyia-nyiakan kesempatan itu berlalu begitu saja. Saya diberikan kesempatan untuk berbagi kebahagiaan, dan saya simpan untuk diri sendiri saja. Saya sudah diberi kesempatan untuk melayani, yang saya utamakan malah diri sendiri. Saya punya kesempatan untuk memberi kesempatan bagi orang lain yang belum pernah menikmati apa yang sudah pernah saya nikmati, tapi yang saya perbuat adalah mementingkan diri sendiri.

Malam ini saya tidak jadi sesumbar protes atas ketidakpiawaian sang pastor dalam komunikasi. Karena saya banyak tidak piawainya juga, bahkan dalam lebih banyak hal lagi dari cuma tidak pandai berkotbah. Saya baru saja dijitak untuk tidak usah sok sibuk mau mengatur mencoba membenahi kemampuan kotbah sang pastor. Lebih baik saya membenahi diri sendiri dulu saja, memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan Tuhan untuk berbuat bagi dunia dan kehidupan sesama yang lebih baik...

No comments: