Friday, March 19, 2010

19 Maret 2010: Berpijak di awan

Petang ini saya bertemu dengan Adrian Maulana dalam kapasitas saya sebagai anggota panitia pusat Hari Kesehatan Sedunia yang digagas Kementerian Kesehatan dan WHO. Adrian Maulana adalah mantan abang Jakarta, aktor dan Duta Anti Rokok. Pertemuan yang sedianya hanya ingin membicarakan seputar kegiatan puncak acara Hari Kesehatan Sedunia dan peran Adrian sebagai Duta Kesehatan dalam acara itu kemudian berubah menjadi perbincangan panjang dan seru yang menguak berbagai sisi kehidupan pribadinya. Jumpa kali ini jadinya lebih menyerupai "presentasi" pengetahuan dan prestasinya di bidang kesehatan agar ia layak tampil sebagai duta di hadapan hampir separuh menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang diundang hadir dalam acara tersebut di pertengahan April nanti. Dan kesimpulannya, ia sangat layak.

Adrian sangat fasih berbicara soal hidup sehat. Saya tidak pernah menyangka di balik tubuhnya yang atletis itu, ia pernah berbobot 93 kilogram, muka penuh jerawatan sampai ia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dengan hasil yang luar biasa suksesnya itu, ia pun berbagi pengalaman yang dituangkan dalam sebuah buku kiat kebugaran yang diterbitkan Gramedia. Ia menceritakan suka dukanya mencoba mempengaruhi lingkaran terdekatnya untuk berperilaku hidup sehat. Kemudian ia bercerita tentang pertemuannya dengan Ade Rai dan bagaimana pertemanannya kemudian berkembang menjadi usaha bersama dalam bentuk klub kebugaran di Bandung yang akan diresmikan dalam waktu dekat ini. Ia pun bercerita tentang lika likunya terjun ke dunia politik dan kembalinya ia ke dunia entertainment setelah gagal meraih tiket menjadi anggota dewan dan menyadari betapa kerasnya kehidupan berpolitik. Ketika kembali ke topik kesehatan ia pun bercerita tentang dilema saat mendapat tawaran menjadi bintang iklan produk rokok.

Banyak yang saya dapatkan dari pembicaraan yang mengalir tanpa terasa itu. Namun yang membuat saya kagum adalah keseriusannya dalam mempertahankan prinsip hidup sehat. Ia mempelajari secara mendalam mengenai arti hidup sehat dan menjalaninya dengan penuh keteguhan dan mengerti betul setiap tindakan yang diambilnya. Buat dia, tubuh indah dan proporsional adalah bonus dari upaya hidup sehat, bukan tujuan utama. Ia tahu menakar dan memainkan apa yang disantapnya sehingga pola diet nya menjadi sangat realistis dan masuk akal. Saya tahu, ada orang yang sebegitu ketatnya dengan dietnya sehingga ke restoran pun ia membawa bekalnya sendiri. Buat saya, yang begini ini "tidak real". Ia benar-benar menjalani hidup ini dengan penuh kesungguhan, jauh dari kesan selebriti yang sensasional dan hura-hura. Seorang yang punya visi tentang banyak hal dan dalam usianya yang relatif muda, ia benar-benar ingin mewujudkan mimpinya di berbagai bidang. Seorang pekerja keras.

Saat ia bercerita secara detil mengenai keseriusannya di bidang politik dan tak menyangka ia masuk ke dalam rimba yang tak dikenalnya dan terpental padahal sudah terlanjur terekspos luas, saya bertanya : kapok? Jawabannya adalah : "kapok sih mungkin tidak, namun saya belajar banyak dari pengalaman ini. Kalau pun nanti kembali, saya tidak akan se ngoyo waktu itu." Saya lalu bertanya pada diri sendiri, kalau saya di posisi dia bagaimana ya?

Saya lalu menyimpulkan, dalam hidup ini jangan terlalu berkhayal dan berharap sehingga semua tenaga dan perhatian kita terlalu terpusat pada khayalan dan harapan kita. Semuanya harus dilakukan dan dijalani dengan tetap berpijak pada kenyataan. Ketika khayalan dan harapan itu runtuh, paling tidak kita tetap berdiri tegak dan tidak terjun bebas seperti baru bangun dari mimpi berjalan di awan.

Omong-omong soal berkhayal, tadi siang saya mendapat informasi bahwa asosiasi dokter jantung Indonesia, PERKI, menggelar 19th Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association dimana sesi pembukanya adalah Gan Tjong Bing Memorial Lecture. Mendiang Gan Tjong Bing adalah paman saya, kakak laki-laki tertua dari ibu saya yang merupakan salah satu ahli jantung pertama di Indonesia dan perintis kurikulum ilmu kardiovaskular di Indonesia. Saya sendiri sempat terpesona membaca informasi di buku panduan pertemuan tersebut. Wow. Saya tidak menyangka bahwa dunia kedokteran di Indonesia masih mengenang jasa almarhum paman. Saya lalu mengabarkan Memorial Lecture ini kepada putera tunggalnya, juga kepada Ibu dan kakak-kakak saya. Loan, kakak saya yang ke empat, juga seorang dokter, punya anak yang baru lulus dokter dan sedang mencari jalan untuk bisa melanjutkan spesialisasi di bidang jantung, malam ini meng-sms saya. Setelah minta info lebih lanjut tentang pertemuan tersebut, dia lalu menyambung: "saya lagi berkhayal apabila nanti di Gan Tjong Bing Memorial, terus dapat penghargaan dengan bonus cucu keponakannya bisa dapat rekomendasi melanjutkan spesialisasi jantung, alangkah bahagianya..." Saya yang baru mendapat ilmu dari Adrian Maulana cuma menukas singkat, " Walaaah, kejauhan khayalannya!" Dalam hati saya sungguh sungguh berharap semoga kakak saya sedang berpijak di tanah dan bukannya di awan saat sedang berkhayal ...

No comments: