Di tengah makan malam bersama sahabat SMA saya Anita yang sedang berkunjung dari Surabaya untuk training di Jakarta, kami membicarakan mengenai isi blog saya tiga hari yang lalu. Ia kemudian berkata, kalau orang kesusahan disuruh membaca kitab Ayub. Ayub? Saya yang lumayan parah buta kitab suci kemudian penasaran dan begitu sampai di rumah, saya segera mengambil alkitab di samping tempat tidur yang mulai menebal debunya, karena jarang disentuh.
Kitab Ayub adalah salah satu kitab dari Perjanjian Lama di Alkitab orang Kristen. Dalam keseluruhan 42 bab nya, kitab itu bercerita tentang kehidupan seorang lelaki bernama Ayub.
Alkisah Ayub seorang yang terkaya di negerinya dengan 7 putera dan 3 puteri. Hidupnya sangat saleh dan taat akan Tuhan. Suatu ketika, ketika Tuhan berbicara dengan Iblis, Iblis menantang Tuhan dengan berargumentasi bahwa ketaatan Ayub dikarenakan semua fasilitas sudah diberi Tuhan. Maka Iblis menyarankan Tuhan mencobainya, dan Tuhan setuju, menyerahkan pencobaan kepada Iblis.
Lalu iblis mengobrak abrik harta miliknya, dan merenggut nyawa anak-anaknya. Ayub masih bertahan dengan meneriakkan, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Namun Iblis mencobainya lagi, kali ini dengan penyakit yang menimpa seluruh badannya. Maka mulailah ia berkeluh kesah bahkan menyesali kelahirannya yang berakhir duka dan sengsara yang tak terperikan.
Temannya mencoba mengingatkannya," Sesungguhnya engkau telah mengajar banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan; orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah kau kokohkan; tetapi sekarang, dirimu yang tertimpa dan engkau kesal, dirimu terkena, dan engkau terkejut. Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?" Temannya kembali menasihati, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tanganNya menyembuhkan pula."
Banyak keluh kesah dan perdebatan yang disampaikan Ayub dengan teman-temannya yang diceritakan secara detil dalam bab-bab selanjutnya sampai akhirnya Tuhan turun tangan menjawab semua keluh kesah dan memberi pengertian pada Ayub tentang arti pencobaan yang ditimpakan padanya. Akhirnya Ayub menyadari kekeliruannya, mencabut perkataan dan sumpah serapahnya lalu menyesali diri. Maka jawab Ayub kepada Tuhan, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal. Firmanmu : Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sanat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. FirmanMu : Dengarlah, maka Akulah yang berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." Maka Tuhan mencabut pencobaan yang diberikan kepada Ayub dan memulihkan keadaannya.
Kisah Ayub yang jauh lebih indah bila dibaca lengkap ini seolah menjawab pertanyaan teman yang kemarin menjawab dan mengeluhkan apabila ia mendapat vonis dokter bahwa hidupnya tinggal 6 bulan lagi. Ketika itu ia menjawab, saya akan bertanya kepada Tuhan, "Why me? Saya salah apa sampai mendapat cobaan seperti ini?" Kalau diperhatikan dalam kisah Ayub, tidak ada yang salah dari Ayub. Tuhan bahkan membanggakan kesetiaan dan kesalehan Ayub. Tuhan hanya ingin mencobai Ayub agar Ia tahu sejauh mana keteguhan dan kesetiaan Ayub padaNya. Apakah saat mendapat kesulitan Ayub tetap mau bersyukur dan memuliakanNya, atau mulai menghujatNya.
Sekarang saya mengerti, bahwa kalau saya sedang mendapat pencobaan, kesulitan dan penderitaan hidup, bukan berarti there is something wrong with me, namun justru saya diharapkan mengambil manfaat darinya, belajar menghargai kehidupan dan kebesaran Tuhan agar kita senantiasa memuliakan namaNya serta hidup untuk dan di dalam Dia.
Semoga bila sedang dalam timpaan kesulitan, saya selalu diingatkan dan dikuatkan akan arti hakiki dari pencobaan itu - melalui kisah Ayub - sehingga saya tetap teguh dan bersyukur atas penyertaan dan rahmat Tuhan dalam hidup ini.
No comments:
Post a Comment