Saya sedang dalam dilema. Seorang teman ingin meminjam beberapa dvd koleksi saya untuk menghabiskan long weekend kali ini. Beberapa kali didesak saya diam saja. Penyebabnya adalah saya enggan meminjamkan koleksi saya. Bukan karena tujuan pelit, namun karena trauma.
Bagi saya, sebuah koleksi adalah usaha mengumpulkan berbagai hal yang menjadi kegemaran. Saya mengoleksi buku mengenai Putri Diana karena saya suka sekali dengan kecantikannya. Saya juga mengoleksi vcd apa pun tentang Beliau. Saya mengoleksi berbagai genre musik, sampai yang langka pun juga ada. Koleksi SD saya pernah menyelamatkan sebuah proyek yang membutuhkan ilustrasi lagu dari tahun 70 an, dan kebetulan saya memiliki kasetnya yang sampai saat ini dalam kondisi prima. Saya mengoleksi berbagai topik dvd. Ada yang disney, ada juga drama, dan genre tertentu. Semuanya saya kumpulkan satu satu, dan seringkali saya dapatkan dengan susah payah karena langkanya koleksi tersebut. Di SD, teman saya pernah meminjam koleksi majalah impor Donald Duck dan dikembalikan dalam keadaan dicoret coret. Ketika saya tegur, teman saya dengan entengnya menjawab, waa gitu aja kok marah. Buat saya, kalau meminjam sesuatu itu harus dijaga. Bukan soal coretannya, tapi soal tanggung jawabnya menjaga keutuhan barang yang dipinjam. Beberapa koleksi film dan CD saya pun terpaksa bolong karena dipinjam dan tak dikembalikan. Ketika diingatkan, sang peminjam menanggapinya sambil lalu saja.
Soal pinjam meminjam ini juga menjadi hal yang sangat serius dalam keluarga saya. Kami semua sangat dididik untuk menghargai barang yang kami miliki, terlebih lagi barang orang lain yang dititipkan dan dipinjamkan kepada kami. Maka, kalau meminjam sudah wajib hukumnya saya menjaga dengan teliti keutuhan dan kebersihan barang tersebut, serta mengembalikan secepat mungkin. Dan hal ini menurun sampai ke generasi berikutnya. Bahkan keponakan saya selalu memperhatikan dengan was was kalau bukunya dipinjam dan dipegang secara asal sehingga terjadi lipatan, padahal dianya sendiri sudah setengah mati hati-hatinya menjaga kerapihan bukunya.
Namun kebiasaan keluarga ini tidak bisa disamaratakan dengan kebiasaan orang lain. Yang terjadi adalah, kalau barang saya dipinjam, sering bisa dipastikan tidak kembali. Mungkin peminjam punya prinsip, kalau barang itu sudah ada di tangannya, maka barang itu jadi hak miliknya. Atau kembali dalam bentuk yang tidak utuh dan tidak jelas. Mungkin buat yang meminjam bukan hal penting, tapi buat kami menjadi suatu yang hakiki. Hal ini lah yang menjadi sulit dimengerti oleh orang lain mengapa hal yang sepele menjadi hal yang penting. Kalau Anda pernah berkunjung ke rumah saya, maka Anda bakal mengerti, dimana semua barang is in place sesuai dengan tempatnya. Dan semua barang itu ada di sana for a reason.
Maka pertanyaan saya pada diri saya kali ini adalah dipinjamkan atau tidak? Kalau dipinjamkan perlukah saya memberi semacam guidance mengenai ketentuan peminjaman? Berapa lama? Kalau tidak kembali bagaimana? Karena koleksi itu saya kumpulkan satu per satu dan dirawat dengan hati-hati. Atau terus terang sajakah kalau saya enggan meminjamkan? Padahal dia sudah berbaik hati meminjamkan koleksinya yang saya terima dan simpan dengan baik dan sampai sekarang belum dikembalikan karena belum sempat menonton. Saya tidak tahu bagaimana meresponnya sehingga sampai saat ini permintaan itu saya diamkan saja. Mungkin itulah sebabnya saya menolak setiap ada permintaan orang untuk meminjam atau menyewa kondominium saya di pinggir pantai. Karena saya tidak yakin mereka tahu bagaimana menempati dan merawat kondominium itu selama ditinggalinya. Karenanya saya hanya meminjamkan pada orang-orang yang benar-benar saya kenal dan tahu bagaimana mereka memperlakukan barangnya. Saya lebih memilih kondominium itu kosong menanti saya datang untuk menikmati liburan saya di pinggir pantai. Lalu kembali lagi. Kalau koleksi CD atau buku atau DVD saya yang mau dipinjam, diberikan tidak ya?
Sebenarnya kalau dipikir-pikir DVD itu milik saya. Kalau saya merasa tidak sreg untuk meminjamkannya, ya itu hak saya. Sebenarnya keberatan saya adalah saya tidak tahu bagaimana si peminjam akan memperlakukan barang saya dan berapa lama barang itu tidak berada di raknya. Kalau saja ada yang ingin menikmati koleksi tersebut di rumah saya, tentu saya tidak keberatan sama sekali, karena masih dalam area kontrol saya. Am I that control freak? Di lain pihak saya tentu saja tidak boleh menyamaratakan orang, bahwa kalau barang ini dipinjam sudah pasti tidak dirawat dan sudah pasti tidak dikembalikan. Tidak semua orang seperti itu. Anda tentu akan tersinggung kalau serta merta di cap seperti itu, bukan?
Pada akhirnya kalau saya hari ini harus belajar mengenai soal pinjam meminjam, mungkin justru giliran saya minta masukan dari Anda bagaimana seharusnya saya bersikap, karena sungguh, saya tidak tahu bagaimana harus menghadapinya...
No comments:
Post a Comment