Pagi ini saya pulang dari Malang ke Jakarta dengan Sriwijaya Air. Sesaat memasuki kabin, saya sudah terganggu dengan dandanan awak pesawat yang sangat mencolok dan menor. Saya lebih terganggu lagi ketika sang awak memeragakan gerakan keselamatan. Si petugas melakukannya dengan amat asal-asalan sehingga ketika disebutkan ada dua jendela darurat, saya tidak tahu arah mana yang ditunjuknya. Saya semakin terganggu melihat tingkah si mbak yang sok memerintah rekannya dengan gaya bossy dan kesal. Padahal dia tidak melakukan kesalahan apa pun pada saya, ia bahkan bersikap ramah dan cenderung merayu saat menawarkan inflight merchandise.
Sembilan jam kemudian, saya menghadiri santap malam dalam rangka ulang tahun sahabat di sebuah restoran di Hotel Mulia. Yang datang desainer, wartawan senior, pemilik ini dan itu, sehingga dua media gaya hidup papan atas meliput acara kumpul-kumpul ini untuk keperluan halaman pestanya. Karena yang hadir teman-teman dekat semua, kami tak sungkan-sungkan keluar aslinya. Di private room yang cenderung bernuansa putih itu, akhirnya kami memperhatikan sang supervisor yang selama ini meladeni kami. Ia muda, bersih, ganteng, putih sehingga mengundang seorang teman mulai menggodanya. Sang supervisor senyum-senyum saja dan tetap berdiri dengan sopan meladeni kami. Dari cuma menggoda, akhirnya sesi malam ini berakhir dengan kami wawancarai si supervisor. Dan terkuaklah, ia berasal dari Surabaya, baru dua minggu ini di Jakarta, tadinya lulusan perhotelan di Swiss, setelah lulus ia lalu ke Beijing untuk belajar bahasa Mandarin, kini kos di daerah Senayan, beragama Katolik. Kami langsung berubah menjadi mengaguminya. Di usia 22 tahun, ia mahir berbahasa Indonesia, Inggris, Perancis, Jerman dan Mandarin. Namun di luar semua itu, kami menghargai dan kagum atas cara kerja dan pelayanannya yang sempurna dan berdedikasi. Ketika seorang rekan mengatakan ingin crackers sebagai teman makan keju untuk dessert, ia kemudian mengusahakannya. Saat ada yang butuh minum, ia melayani dengan baik. Yang membuat saya kagum adalah bahwa ia bisa belajar ke luar negeri dan orang tuanya tinggal di daerah elit di Surabaya, pastinya ia orang yang cukup berduit dan biasa dilayani hidupnya. Namun di atas semua itu, ia melayani dengan sepenuh hati dan penghayatan. Bahkan ia terlihat bangga berseragam supervisor yang memuat pin hotelnya.
Dua kejadian yang berbeda, dua layanan yang berbeda. Yang satu nya asal-asalan, yang satu nya dari hati, dan kedua perbedaan menyolok itu disodorkan di depan saya dalam satu hari ini. Saya langsung merasakan, bahwa apa pun yang dilakukan sekenanya dan asal asalan saja, meskipun tidak ditujukan langsung kepada saya, membuat saya jadi muak dan sakit mata. Namun layanan yang keluar dari hati, terpancar auranya hingga ke seluruh ruangan. Intinya, orang memperhatikan gerak-gerik kita, tanpa sepengetahuan dan kesadaran kita. Dalam hal layanan Sriwijaya tadi, yang mungkin dipikirnya dia bisa sok senior terhadap bawahannya, ditangkap berbeda oleh puluhan mata penumpang sebagai tuan rumah yang tidak ramah. Dia lupa, bahwa yang dia bawa bukan cuma citra dirinya, tapi citra keseluruhan awak kabin, dan terlebih lagi citra maskapai penerbangan tempat ia bekerja.
Kemarin malam, saya sempat makan sate kambing top dan ronde di temaramnya kota Malang bersama sahabat-sahabat tercinta. Kalau sudah berkumpul, tentu tak lepas dari membicarakan teman yang lain. Kawan saya ternyata pemerhati yang detil, sehingga gerak gerik orang lain dapat diceritakan dengan titik komanya. Mungkin yang dibicarakan tak pernah membayangkan bahwa hal terkecilpun terekam dalam memori orang lain. Sembari mendengar cerita-cerita yang mengalir saat menyeruput kuah jahe, saya jadi berkaca dan bergidik. Waduh, sepak terjang saya selama ini bagaimana ya, dan bagaimana pula orang menilainya? Seketika itu juga saya ngeri, wadduuuuuuh, kalau dikupas, tentu bisa jadi novel berseri-seri yang membuat pembaca yang gemar gossip melotot tak mau lepas dari halaman ke halaman, sambil berliur!
Hari ini saya disadarkan untuk menjaga perilaku saya karena setiap gerak dan kata terekam dengan baik di mata dan ingatan orang yang melihat dan mendengarnya. Tak percaya? Coba perhatikan kalau Anda kumpul dengan teman-teman lama Anda dan bernostalgia tentang kenangan masa lalu, dan hitunglah berapa kali Anda berkomentar,"Masa? Kok aku gak inget ya?" Atau Anda terperangah, sedetil itu teman lama Anda mengingat suatu kejadian atau perkataan. Anda tentu juga ingat berapa banyak kegiatan yang dilakukan sembunyi-sembunyi dan dikira hanya untuk konsumsi pribadi kenyataannya akhirnya terkuak lebar di seluruh dunia dan menjadi aib hingga setelanjang-telanjangnya. Kasus video seks lah, kasus selingkuh lah, atau pembicaraan KKN yang dilakukan oknum yang belum lama ini terbongkar mungkin bisa jadi pengingat yang nyata.
Malam ini saya berniat untuk menjaga perilaku saya. Saya tidak tahu sebaik apa saya bisa menjaganya, karena pasti sering kali lupa atau lepas kendali, tapi paling tidak kejadian-kejadian hari ini tentang melayani bisa menjadi alarm begitu saya melenceng dari rel. RRRRRRRRiiiiiingggggggggg!!!! Semoga saya tidak tetap nyelonong saja setelah mendengar dering peringatan itu...
No comments:
Post a Comment