Monday, March 08, 2010

8 Maret 2010 : Ruwet

Malam ini saya terkena gunjang ganjing urusan keluarga. Rencananya tanggal 13 - 17 Maret ini keluarga kami akan berkumpul di Malang untuk memperingati 3 tahun berpulangnya ayah saya. Saya sih tenang-tenang saja karena persiapan tiket sudah ditangan dan agenda kegiatan di Malang sudah tersusun rapi dan semuanya tampaknya sudah berjalan seperti rencana. Ternyata, pagi ini saya mendapat kabar bahwa 3 anggota keluarga kakak saya yang di Blitar terkena demam berdarah yang diperkirakan berasal dari Malang. Heboh lah semua anggota keluarga yang ada di Australia karena mereka takut terjangkit penyakit yang sudah merenggut nyawa mantan presiden direktur Astra itu.

Serta merta, berita jadi simpang siur, dan kacaulah rencana yang sudah disusun rapi. Ada yang usul acaranya dipindahkan ke Batu saja, di Agrowisata, ada yang malah mau langsung ke Jakarta saja, ada yang mau batal datang, ada yang mengusulkan Misanya ditunda malam saja, waduh pusing.

Saya lalu mengobrol lama dengan kakak saya Gita di Perth. Selama pembicaraan, saya jadi heran atas kecemasan yang terlalu berlebihan. Tapi, bisa jadi ini khas orang bule, dan saking lamanya kakak saya di sana, jadi tertular kecemasan versi Bule. Mungkin dia sudah lupa dia juga pernah kena demam berdarah di Jakarta. Tapi saya juga bisa maklum kalau menyangkut soal cucunya. Maka saya bicara dengan keponakan saya Ika bahwa kalau yang dikhawatirkan masalah demam berdarahnya, ya risiko itu ada di seluruh pelosok nusantara. Mau di Surabaya, Bali, Malang, Batu, Jakarta pun bisa berisiko terjangkit demam berdarah. Jadi, sebaiknya kalau memang benar-benar cemas, tunda saja kedatangan sampai musim kemarau. Ika mengatakan akan membahas hal ini dengan suaminya yang tampaknya tetap ingin liburan ke Indonesia, bahkan sudah mulai cuti dari besok pagi.

Lalu soal misa yang mau ditunda malam. Alasan ide pemindahan jadwal adalah karena nyamuk demam berdarah itu jam operasinya pagi hingga siang hari, jadi kalau mengadakan acara di malam hari, lebih aman. Wah, saya berpendapat akan lebih rumit lagi. Belum harus mengganti jadwal pastor, dan katering, dan lain-lain sedang undangan misa sudah disebar. Jadi akhirnya disepakati untuk tetap mengadakan misa di rumah di siang hari.

Soal menginap di Batu.... Ini mau liburan bareng atau menghadiri peringatan tiga tahunnya ayah, sih? Saya tidak setuju, karena ribetnya bakalan dobel dobel. Harus mondar-mandir Batu-Malang untuk persiapannya, dan belum lagi ada teman keluarga yang harus pulang pagi-pagi ke Jakarta, yang harus diatur transportasinya. Maka diputuskan tetap di Malang. Untuk mereka yang khawatir soal demam berdarah yang menjangkit di daerah rumah, ya menginap saja di hotel.

Dalam waktu satu setengah jam, berkoordinasi dengan Perth dan Blitar (karena ibu saya mengungsi juga dari Malang ke Blitar, tempat kakak saya Loan merawat suami dan kedua anaknya yang terkena demam berdarah), akhirnya terjadi kesepakatan sederhana. Acara tetap diadakan di Malang, dan mereka yang khawatir tinggal di hotel berbintang yang terjamin kebersihan lingkungannya.

Saya jadi merenung, kalau begitu, rumit dan tidak rumitnya suatu masalah itu ada di kita sendiri. kita lah yang bisa membuat sebuah masalah itu ribetnya setengah mati, atau biasa-biasa saja. Buktinya, kalau mau diurai, sebuah masalah yang seperti benang kusut pun akan mencair menjadi potongan-potongan masalah yang mudah diselesaikan. Padahal tadinya kesannya ruwet sekali dan tak terpecahkan.

Saya sendiri menghadapi masalah tadi dengan heboh sendiri dulu, dan kesal atas keruwetan yang terjadi karena banyak kemauan dan kecemasan dari banyak kepala. Tapi setelah dibahas satu-satu, kok ya tidak serumit yang dipikirkan, dan bisa dicari jalan keluarnya.

Malam ini saya terinspirasi untuk melihat setiap permasalahan dari sisi yang sederhana dan bahwa setiap masalah itu pasti ada jalan keluarnya yang bisa dimaklumi semua pihak. Maksudnya maklum, belum tentu sempurna, tapi paling tidak bisa diterima. Selama ini saya selalu mengatakan bahwa bahagia itu adanya di pikiran dan di hati. Malam ini saya menemukan bahwa kerumitan sebuah masalah itu ternyata adanya juga di pikiran dan di hati. Jadi, saya ingin menyederhanakan pikiran dan hati saya, supaya semua masalah menjadi sederhana pula...

No comments: