Monday, March 15, 2010

15 Maret 2010: Over

Menjelang tiga tahun meninggalnya Ayah, semakin banyak yang berkumpul di rumah Ibu saya. Hari ini, selain keluarga inti kami lengkap berkumpul, keponakan saya yang dari Australia datang bersama anaknya Olivia yang besok berusia satu tahun. Semua orang mengerubungi Olivia dan bermain dengannya. Olivia memang menggemaskan, dan tampangnya lucu sekali. Setiap orang yang melihatnya seketika jatuh hati, bahkan mereka yang tidak suka anak sekalipun.

Keponakan saya yang paling kecil Immanuel, yang selama ini menjadi pusat perhatian pun, akhirnya harus menerima kenyataan bahwa untuk sesaat, orang berpaling darinya. Maka, dia mencoba akrab dengan Olivia, dan makin lama, makin ada saja yang dilakukannya, yang membuatnya seperti semakin tengil. Padahal yang dilakukannya adalah ingin mencuri sedikit saja perhatian, sehingga spotlight nya sejenak beralih padanya. Masalahnya, semakin ingin mencari perhatian, semakin dapat omelan. Dia mendorong kanan kiri, sampai orang yang membawa sup bakso panas pun didorongnya sampai hampir tumpah mengenai banyak orang. Ia juga berulah membasahi rambutnya sampai seperti tikus kecebur got. Ia ini ia itu. Kami kurang memperhatikan penyebab tingkah lakunya karena terlalu sibuk dengan persiapan acara besok dan terlalu terpusat dengan pesona Olivia. Bahkan ketika keponakan saya Ika dan rombongan akan ke Surabaya, Im - begitu ia memanggil dirinya sendiri, mondar mandir di belakang mobil sehingga mendapat hadiah teriakan dan omelan dari semua orang atas tingkah laku yang di luar kebiasaan.

Saya sendiri rada kesal dengan tingkah lakunya, tapi kemudian menyadari bahwa ia sekedar ingin menarik perhatian. Namun, saya akhirnya juga mendapat pelajaran bahwa semakin kita ingin menarik perhatian, semakin menyebalkan gaya kita di hadapan orang lain. Saya jadi ingat seleksi American Idol dan Indonesian Idol. Berbagai gaya norak yang dilakukan oleh calon kontestan untuk menarik perhatian dan simpati para juri. Namun semakin berusaha, semakin aneh dan nyentrik gaya mereka, semakin jauh simpati juri untuk meloloskan ke babak selanjutnya. Pada akhirnya yang terpilih selalu yang sifatnya alami dan apa adanya. Kita pun tak akan menjadikan seorang tengil menjadi idola, kan? Idola itu selamanya lovable, dan overacting sama sekali tidak setara dengan lovable.

Saya jadi menyadari bahwa yang dapat menarik simpati adalah yang biasa-biasa saja. Boleh saja saya mempersiapkan diri sebaik mungkin, namun saya tidak boleh tampil tengil dan menyebalkan. Saya tidak boleh kelihatan terlalu berusaha. Karena tampil terlalu berusaha itu sangat terlihat dan tidak menarik sama sekali. Saya ingat, teman saya yang over acting segera mendapat sambutan teriakan kesal , "Pliiiis dehhh!"

Hari ini saya belajar kalau mau menarik perhatian, saya harus menjadi sederhana. Semakin sederhana, semakin memperhatikan dan semakin apa adanya, saya justru menarik simpati orang. Jadi bekal utama saya dalam hidup adalah sederhana, alami dan apa adanya. Terima kasih ya Im, saya belajar banyak dari tingkah kamu yang menyebalkan hari ini... I love you full!

No comments: