Tuesday, March 02, 2010

2 Maret 2010: Menanti

Siang ini saya ada lunch appointment di Sushi Tei. Tadinya pertemuan makan siang tersebut akan diadakan di Plaza Indonesia jam 12:00, namun atas permintaan sang peminta appointment diundur ke jam 12:30 di Senayan City, restaurant yang sama. Maka saya men-sms nya pada jam 12:25 bahwa saya sudah tiba di Senayan City dan sedang dalam perjalanan ke Sushi Tei. Saya segera mendapat jawaban' "bit late, but otw". Oke... saya lalu jalan-jalan dulu, store check alias keliling toko favorit saya siapa tahu ada barang baru yang menarik untuk dimiliki. Namun setelah keliling beberapa lantai dan jam menunjukkan pukul 13:00, perut saya sudah mulai berdendang, dan lagi pula saya ada meeting lanjutan jam 14:30 di kantor.

Maka, saya masuk ke Sushi Tei dan berinisiatif mengorder. Saya memberitahu bahwa saya sudah di dalam Sushi Tei. Peminta appointment menjawab,"ok pls order first" Sudah, dan beberapa sudah saya telan. Tapi jam menunjukkan pukul 13:40 dan saya mulai memutuskan untuk menghabiskan pesanan yang sudah tersaji di atas meja. Saya juga memutuskan kalau sampai jam 14:00 dia tidak nongol juga, saya akan meninggalkan Senayan City sambil menelepon untuk menunda pertemuan itu ... untuk selama-lamanya. Tepat kurang 15 menit dari tenggat waktu yang saya tetapkan, muncullah dia. Hal yang pertama kali dilakukan adalah menyalahkan kemacetan lalu lintas akibat demo di depan DPR yang ricuh luar dalam menyikapi kasus Bank Century.

Selama menanti, saya ber bbm dengan klien yang sudah seperti teman lama, menyatakan kekesalan saya menanti tak berujung pangkal karena tidak ada kabar dari yang bersangkutan. Saya heran, kok tidak ada berita kalau tidak saya tanya. Saya yang turunan Bapak Ibu didikan Belanda tidak biasa dengan janjian yang seperti itu. Ajarannya adalah lebih baik kita yang menunggu daripada orang lain yang menunggu. Karena itu saya sungguh gerah pada kebiasaan anak-anak di kantor yang kalau janji jam 10, jam 10 masih sibuk ngeprint dan lain sebagainya. Kok tidak bisa menyiapkan jauh jauh waktu. Lagian, ketepatan janji menunjukkan respek kita pada orang lain. Jadi bagaimana kita mau direspek kalau kita tidak bisa respek orang lain? Kalau terlambat, wajib hukumnya kita menghubungi dan memberitahu yang kita buat janji. Karena itu kalau pergi dengan saya, rekan-rekan akan saya ingatkan paling tidak satu sampai setengah jam sebelum berangkat, tergantung jarak tempuhnya. Dan kalau sudah mepet, saya tunggu di dalam mobil supaya lebih cepat siapnya.

Dalam urusan pribadi juga sama, saya lebih suka berangkat lebih pagi dari pada ditunggu. Lagi pula kalau urusan kencan, kita bisa memberi kesan yang lebih baik daripada membuat si dia menunggu. Soal yang satu ini pernah terjadi dengan mantan pacar keponakan saya. Saat berjanji dengan saya, dia terlambat satu jam tanpa rasa bersalah. Saya sebenarnya sudah dongkolnya setengah mati, tapi saya tahan tahan karena saya berurusan dengan pacar orang, calon menantu kakak saya. Kalau saya murka saat itu dan menjadi bubaran gara-gara saya, wah dosa saya bakal besar sekali. Tapi, saat jam karet ini kemudian terjadi pada kakak saya dan dia sendiri yang murka besar pada calon menantunya, waaah saya jadi kompor nomor wahid. Sukurin hahaha... Alhasil, itu adalah terakhir kalinya ia terlambat. Ada efek jera rupanya...

Tidak hanya itu, untuk urusan janjian dengan Tuhan pun kini saya mengalami perubahan. Kalau dulunya saat ikut kakak kerjanya terlambat melulu dan ada resiko berdiri, maka sekarang sebisa mungkin saya datang setengah jam sebelum misa. Selain bisa memilih dan mendapat tempat duduk yang enak, saya juga bisa mempersiapkan diri untuk berkomunikasi lebih baik dengan Tuhan. Datang lebih awal juga menyelamatkan saya dari berdiri satu setengah jam selama misa. Itu juga kalau sedang tidak apes. Kalau kena pastor yang kotbah dan nyanyinya panjang, bisa dua jam berdirinya. Selain tidak bisa konsentrasi, pulang gereja kaki ini jadi pegal-pegal...

Khusus hari ini, saya belajar bahwa datang tidak tepat waktu punya efek yang tidak hanya mempengaruhi kenyamanan dan penilaian seseorang terhadap kita. Dalam kasus tadi siang,kalau sampai jam 14.00 tamu saya tidak nongol, maka saya hampir saja memutuskan secara sepihak tidak mau bekerja sama dengannya dalam bentuk apa pun juga, meskipun yang ditawarkan bisa membawa keuntungan baru bagi perusahaan saya. Hal ini hampir saja terjadi ketika beberapa waktu yang lalu saya terjebak kemacetan yang luar biasa di pagi hari, dan calon partner saya dari Singapura keburu harus jalan ke pertemuan selanjutnya. Untung saya bisa berkoordinasi dengan kolega saya sehingga bisa menjumpainya tepat waktu dan mengurangi kadar kecewanya.

Maka hari ini, kesadaran saya atas pentingnya tepat waktu dalam sebuah janji adalah keharusan yang tak bisa ditawar, dan kalaupun harus terlambat harus segera minta maaf sambil memberi tahu bahwa akan datang terlambat sambil memberi perkiraan waktu ketibaan, atau bila keadaan tidak memungkinkan, mencoba mengatur waktu lagi jika masih diberi kesempatan. Kalau tidak, ya harus disepakati bersama bagaimana menghadapinya. Kalau belakangan ini saya terkadang tertular virus sok sibuk, sampai melampaui batas waktu harus pergi ke sebuah pertemuan, mulai besok saya tidak mau lagi seperti itu. Saya akan menyediakan waktu agar bisa tepat waktu sampai di tujuan, karena selain hal itu menghormati dan menghargai (waktu) orang lain, tepat waktu juga membuat reputasi dan rezeki kita semakin bertambah. Semoga....

No comments: