Tuesday, August 10, 2010

10 Agustus 2010 : Asal Kepengen

Salah satu calon klien kami ingin melakukan kegiatan dengan patokan sebuah program yang kami ciptakan untuk klien kami yang lain. Program itu memang terlihat sangat spektakuler dan diikuti oleh puluhan ribu orang di seluruh negeri ini, dan mendapatkan dukungan dari orang ternama baik di bidang keartisan maupun pemerintahan.

Silau akan gemerlapnya, sang calon klien lalu tertarik untuk membuat kegiatan serupa. Ketika saya melihat berapa besar dana yang dipersiapkan, ternyata tak ada sepertiga dana yang dikeluarkan klien saya. Pesan yang ingin diusungnya pun berbeda jenis dengan pesan yang disampaikan klien saya. Tadinya, teman-teman kantor ingin segera menolaknya, namun saya tiba-tiba dapat wangsit untuk tetap mengerjakan proposalnya. Saya kok mendadak merasa perlu "menyadarkan" si calon klien bahwa tidak semua yang gemerlap cocok untuk kita, dan bahwa kita harus realistis dengan kondisi kantong sendiri. Maka saya akan memberinya alternatif program yang jauh lebih sesuai dengan visi dan dana mereka, namun hasilnya jauh lebih efektif ketimbang menjiplak kegiatan orang.

Detik rekan-rekan menolak, saya menyadari bahwa sering kali kita itu suka mata keranjang, mata hijau, asal kepengen, karena yang di depan mata itu indah, seksi dan menggiurkan. Kita sering jadi lupa diri bahwa kemampuan dan kondisi kita terbatas dan serba berbeda dengan apa yang indah di depan mata. Bahwa untuk memiliki dan memelihara si indah nan seksi itu perlu komitmen, waktu dan dana yang tidak sedikit. Untuk mencapai kondisi seperti sekarang misalnya, klien saya perlu waktu 8 tahun. Orang sering tak sadar itu, dikiranya kondisi klien saya sudah seksi sejak awalnya. Karena mata gelap itu, kita sering tidak menyadari bahwa kebutuhan kita belum tentu sama dan bahkan bisa sama sekali berbeda dengan yang terlihat indah di depan mata.

Lagi-lagi saya melihat ada seorang pengusaha muda yang tampil di berbagai media massa bersamaan dengan ambisinya memenangkan kursi utama di sebuah asosiasi profesi bergengsi. Mungkin ia terinspirasi dengan kampanye kepala negara yang harus dipilih oleh ratusan juta manusia di negeri ini, sedang ia hanya dipilih kurang dari seratus anggota perkumpulan tersebut. Perlu kah ia melakukan hal itu? Mungkin akan lebih efektif bila ia mengadakan roadshow bertemu dengan masing-masing dari ke seratus pemilih ketimbang muncul senyum-senyum di berbagai cover majalah papan atas.

Untuk kesekian kalinya, hari ini saya ditunjukkan bahwa hasil yang terbaik akan kita raih bila kita mau bersikap realistis. Karena hanya dengan bersikap demikian, kita bisa jujur atas kondisi kita yang sebenarnya, dan target tujuan yang tidak muluk-muluk, namun straight forward sesuai kebutuhan kita. Dalam berbagai kondisi, yang kita butuhkan adalah kelugasan. Semoga klien saya bisa menangkap pesan yang akan saya sampaikan pada mereka saat presentasi nanti ...

No comments: