Saturday, August 07, 2010

7 Agustus 2010 : Wejangan Sang Naga

Petang ini saya mengajak keponakan saya Ardine untuk menonton Avatar: The Last Airbender versi 3D. Ini adalah pengalaman menonton film 3 dimensi pertama baginya. Filmnya lumayan bagus, namun sebagai seorang yang suka protes, saya merasa sang sutradara agak terlalu memusingkan mencoba memberi penjelasan dan sejarah mengapa begini dan begitu, serta asal usul ini dan itu. Di luar itu semua filmnya terasa cukup seru, apa lagi dengan teknik 3D yang lumayan baik, meskipun masih kalah jauh dari Avatar nya James Cameron.

Ketika sang Avatar muda, Aang, meminta wejangan pada naga untuk mengalahkan bangsa api, sang naga kemudian berkata : Lawanlah dengan air, karena air adalah pengertian, bersikaplah mengalir seperti air. Seorang avatar adalah penyeimbang, karena itu janganlah menyakiti orang lain, termasuk musuhmu.

Ada berbagai kiasan yang membuat saya belajar dari film tersebut. Api melambangkan semangat, namun juga amarah yang berkobar dan air adalah penyejuk, karenanya amarah dan emosi hanya dapat dikalahkan dengan kepala dingin. Hanya dengan menghilangkan emosi, kita dapat menang. Hanya dengan pengertian, kita dimengerti dan menang.

Maka Aang pun mematuhi petunjuk Sang Naga. Ia mengendalikan air untuk mengalahkan sang api, mungkin sebagai kiasan mengendalikan keluwesan air yang menyejukkan untuk mengalahkan amarah. Ia tidak menyerang pasukan api, sebagai gantinya ia menggunakan bendungan air untuk menghalau sang api. Pada akhirnya ia tidak menyakiti siapa pun.

Saat makan malam seorang kerabat muda bercerita bahwa di kantornya ada orang yang sirik padanya, dan menghasut. Kini, ada sebuah kejadian yang menjadi buah simalakama bagi si penghasut. Mau minta tolong kepada kerabat saya kok ya malu, tidak minta tolong juga menjadi petaka tersendiri baginya. Maka ketika kerabat bertanya harus apa, saya hanya menggunakan prinsip sang naga : tidak mencelakai bukan berarti menolong bukan? Jadi kamu tidak punya kewajiban membantunya...

Sering kali prinsip manusia sering berpangkal kebuasan. Harus menghabisi kalau tidak mau dihabisi. Harus mengalahkan kalau tidak mau dikalahkan. Harus mencelakai kalau tidak mau dicelakai. Prinsip itu sudah berkali-kali dibantah dan diperingatkan oleh semua orang suci. Ajaran Sang Naga adalah cerminan ajaran bijak. Untuk menang, kita tidak harus membunuh. Untuk menang, kita tidak harus menyakiti. Untuk menang, kita tidak harus menyakiti. Dalam film di atas digambarkan, cukup melindungi diri dan menghalau pasukan yang bermaksud menjahati kita, itu lah esensi kebijakan kehidupan yang sejati.

Hari ini saya belajar : untuk menang, kita harus menghilangkan ke-egoan kita dan bila perlu membela diri, jangan sampai kita menyakiti orang lain, karena dengan menyakiti beban dosa dan kesalahan akan berpindah dari orang itu ke diri kita sendiri. Biarlah kehidupan yang membalas karena pembalasan itu sesungguhnya bukanlah hak kita...

No comments: