Thursday, August 19, 2010

19 Agustus 2010 : Berubah

Saya baru saja menerima email dari mantan klien yang mengabarkan bahwa hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di perusahaan klien. Sambil membaca emailnya, saya merasa diputarkan film kenangan ketika bekerja bersamanya. Lalu, bayangan saya melantur bukan saja terkenang klien yang ini, tapi tiba-tiba seperti film saya dibawa "flashback" ke masa-masa bersama berbagai klien lainnya. Ada orang-orang yang selama bertahun-tahun masih itu-itu saja, namun tak kalah banyaknya, klien masih sama, orang-orangnya yang berubah semua. Ada beberapa klien yang saking setianya, saya malah jadi orang yang paling senior di perusahaan tersebut. Saya justru tahu silsilah dan sejarah perusahaan dan pekerjaan sehingga jadi sumber informasi bagi klien.

Saat saya akan menulis blog ini, seorang teman mengeluh begitu cepatnya waktu berlalu. Minggu lalu, jam segini ia masih mempersiapkan diri pergi ke luar negeri. Sore tadi saya sempat chat bersama teman saya Djuwita yang rindu anak gadisnya yang kini berada jauh darinya, menimba ilmu di sebuah universitas bergengsi yang jaraknya justru hanya sejengkal dari rumah saya. Dari obrolan bersamanya serasa tak percaya waktu begitu cepatnya waktu berlalu, dan bayi cantiknya kini menjadi seorang mahasiswi cantik yang siap mandiri. Djuwita bilang bahwa ia seperti orang desa saja, kangen anaknya, tapi saya membelanya dan mengatakan seorang ibu yang benar sudah sewajarnya kangen dan sayang anaknya, dan saya yakin puteri bungsunya juga merindukan keluarganya. Saya bilang, saya yang sudah setua ini saja sering rindu ibu dan secara berkala menelpon hanya untuk mengobrol ngalor ngidul dengan ibu saya.

Saya jadi ingat sebuah pepatah yang mengatakan bahwa satu-satunya yang tidak berubah dalam kehidupan ini adalah perubahan itu sendiri. Artinya tidak ada yang tidak berubah. Saya juga jadi teringat sebuah kata mutiara yang terdapat di bantal mungil yang sudah berkeping-keping bungkusnya karena terlalu banyak saya tiduri di mobil, bunyinya : The secret of happiness is to be able to accept change gracefully. Kalimat itu tertancap dalam di benak saya karena saya begitu menyetujuinya. Kalimat tersebut juga menjadi semacam patokan dan peringatan bagi saya untuk dapat menerima perubahan dengan ikhlas sehingga saya tidak tertahan dan terpaku pada keadaan yang berubah, melainkan ikut mengalir bersamanya ke tahap dan keadaan hidup yang berikutnya.

Saya pernah membaca bahwa kehidupan di dunia ini merupakan sebuah masa yang singkat dibandingkan kehidupan abadi yang tanpa batas waktu dan jarak, dan dengan semakin cepatnya waktu berputar, saya mulai memahami bahwa kehidupan ini memang singkat. Pepatah di atas merupakan esensi mengenai kehidupan : perubahan. Jadi, kalau tidak ada perubahan, berarti itu bukan hidup. Apakah perubahan itu menjadi lebih baik atau tidak baik, itu semua dari bagaimana kita menerima perubahan tersebut. Perubahan tersebut menjadi baik bila kita bisa menerimanya dengan tulus ikhlas dan menyesuaikan diri dengan perubahan itu, bahkan mendahuluinya. Perubahan itu menjadi lebih buruk bila kita tak bisa menerima dan tertahan di sana. Tumbuh kembang tubuh, perkembangan anak dari bayi - anak - remaja - dewasa - orang tua - kakek nenek dan kemudian meninggal : dari ada menjadi tiada, adalah bagian dari perubahan. Dari sehat menjadi sakit dan menjadi sehat dan menjadi sakit adalah bagian dari perubahan. Dari sekolah menjadi bekerja menjadi pensiun menjadi kehilangan pekerjaan dan penghasilan adalah bagian dari perubahan. Dari tidak punya teman menjadi banyak teman dan lama-lama satu per satu teman kita mendahului kita, juga bagian dari perubahan.

Malam ini saya diingatkan bahwa esensi kehidupan adalah perubahan. Dan sebagai mahluk hidup saya dituntut untuk bisa menyikapi dan mempertanggungjawabkan perubahan yang terjadi dalam hidup saya. Saya diberi kesempatan untuk memilih dan menentukan sikap bagaimana menghadapi perubahan, tetapi juga di dalam berbagai aspek kehidupan diberi kesempatan untuk menentukan perubahan itu sendiri. Dan saya percaya berhasil tidaknya hidup saya dinilai dari berhasil tidaknya saya menghadapi dan mengatasi perubahan.

Tiba-tiba saya teringat berbagai komentar yang mengatakan bahwa saya ini awet muda dan tidak berubah. Sebetulnya yang benar adalah karena selama ini saya bisa menyesuaikan dengan perubahan sehingga terlihat "tidak berubah", jadi saya ini berubah sesuai waktu, karena kalau tidak berubah, saya akan bergaya seperti zaman saya masih SMA atau kuliah dulu, dan komentar Anda bukan lagi saya awet muda, tapi "duuuuh, kamu itu kok ya kuno amat sih tampangnya!"....

No comments: