Saya menyediakan diri untuk menjemput Frater yang akan membawakan ibadat pelepasan bagi jenazah tante yang akan dimakamkan di TPU Jati Petamburan pagi ini jam 08:00. Maka tepat jam 08:00 saya sudah berada di luar gereja St. Mathias Cinere dan mendapatkan semua pintu masuk dalam keadaan digembok. Saya menelpon saudara dan dia juga tidak tahu pintu masuknya, lalu saya memutuskan untuk turun mobil dan berjalan, memeriksa satu persatu pintu gerbang yang memang tergembok semua. Tepat di depan pintu gerbang utama, saya berhenti celingak celinguk. Pada saat itu, datanglah seorang sedang memarkirkan motornya dari arah dalam. Saya lalu bertanya padanya bagaimana caranya masuk ke area gereja karena saya harus menjemput Frater. Ternyata, orang berhelm itu adalah penjaga gereja yang baru tiba, dan dia bilang, "O, lewat sini saja pak, bawa mobil? Nanti saya bukakan gerbangnya." Lalu serta merta ia mengeluarkan segenggam kunci, dan membukakan pintu.
Saya tercengang sejenak di depan gereja. Buat saya, peristiwa sederhana itu adalah sebuah peristiwa besar yang menunjukkan bahwa Tuhan sudah menyediakan apa yang saya butuhkan tepat waktu. Sang penjaga tiba saat saya di depan gerbang, bukan sebelumnya atau sesudahnya sehingga saya dan dia bisa bertemu pandang di saat yang tepat dan ia tahu bahwa ada orang yang ingin bertanya sesuatu.
Setelah pemakaman, kami mengajak semua pelayat untuk makan siang bersama di restoran Pulau Dua, Senayan. Kami datang dengan berbagai mobil dan sebuah bus besar yang sebagian besar berisi umat gereja. Saat saya sedang mencari frater, saya bertemu seorang aktivis gereja yang mengatakan bis akan segera pulang saja ke Cinere. Saya lalu naik bis dan bertanya kepada seorang tetua gereja dan mendapat jawaban bahwa semua sebenarnya ingin ikut makan siang namun karena ulah aktivis tersebut, mereka pasrah dan mau ikut pulang saja. Saya lalu mengatakan dengan tegas kepada si aktivis bahwa semua bersedia makan siang dan bis akan ke Pulau Dua. Sang aktivis yang malu mengatakan bahwa ia akan ikut bis lalu pulang sendiri. Toh akhirnya ia ikut juga makan siang dan berkumpul dalam sebuah makan siang yang sangat akrab antar keluarga yang berduka dan umat gereja. Ketika sedang makan dan mendengar senda gurau mereka, saya sadar saya bertemu dengan aktivis di bibir pintu pemakaman tepat waktu. Coba tidak bertemu, kami sekeluarga kehilangan semua anggota bis karena sudah keburu pulang.
Malamnya, saya mengatakan kepada teman saya untuk mengganti lagu dari IPOD nya, "Bisa nggak diganti lagu lain yang lebih meriah? Saya sudah berhari-hari mendengar lagu rohani, ingin ada perubahan suasana." Teman saya mengatakan, "Jangan khawatir, ini di shuffle, jadi mainnya akan campur antara lagu rohani dan yang tidak." Saya tidak memprotes lagi, namun separuh perjalanan, kami tiba-tiba sadar bahwa meskipun sudah di random, semua lagu yang terputar adalah hanya lagu rohani. Kami sadarnya setelah saya tanpa sadar ikut bernyanyi salah satu lagu rohani favorit, lalu baru setelah itu lagunya ganti ke non rohani. Saya langsung berkata kepada teman saya, "wah, Tuhan sedang menunjukkan kuasaNya, Ia mau saya mendengarkan lagi lagu rohani, dan bahwa tak pernah ada kata cukup untuk lagu rohani. Kita juga ditunjukkan bahwa hanya bila kita mau ikut kehendakNya, Ia akan memenuhi kehendak kita : buktinya, setelah saya ikut bernyanyi dari hati, rangkaian lagu rohaninya langsung ganti ke lagu Mamammia!"
Hari ini seharian saya belajar untuk ikut rencana Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan selalu menyediakan apa yang kita butuhkan tepat waktu seturut kehendakNya. Persis seperti doa Bapa Kami yang mengatakan "Jadilah KehendakMu." Bukan kehendakku. Dan bahwa kalau kita mau ikut rencanaNya dengan sepenuh hati, Ia akan memenuhi apa yang kita butuhkan. Terima kasih Tuhan atas penyertaanmu dalam hidupku.
No comments:
Post a Comment