Pagi ini tepatnya jam 09:27 seorang tante saya yang berusia 97 tahun meninggal dunia. Paginya ia masih sempat sarapan, menonton tv dan di usia lanjutnya - masih membaca majalah. Suasana rumah sepi karena anggota keluarga lain sudah beraktivitas, tinggal Beliau dan sang perawat yang menjaga. Tiba-tiba Beliau memanggil satu-satu nama orang-orang terdekat sampai ke buyutnya. Mendengar Beliau memanggil-manggil, sang perawat segera menemuinya dan mendapatkan Beliau sudah dalam keadaan tertunduk, dan majalah yang ditangannya terjatuh. Perawat kemudian meminta bantuan tetangga, kebetulan ibu tetangga adalah mantan perawat rumah sakit dan segera memberi oksigen. Ambulans segera datang namun di tengah perjalanan ke rumah sakit Beliau menghembuskan napas terakhir.
Beliau adalah salah satu dari sedikit orang yang "kalau ada apa-apa saya akan meninggalkan semuanya demi Beliau". Seorang yang tenang, penuh welas asih, tegar dan seorang wanita rumah tangga yang luar biasa, Beliau telah ditinggal wafat berpuluh tahun terlebih dahulu oleh suaminya hidup membesarkan anak-anaknya dengan penuh dedikasi. Beliau juga ahli masak yang luar biasa jagonya, bahkan menurut saya terbaik yang pernah saya jumpai, apa lagi soal masakan Makassar, tak ada yang bisa mengalahkan masakan Beliau. Oleh sebab itu, tak heran bahwa saat saya masih tinggal di Cinere, setiap malam saya nebeng makan di rumah Beliau dan menikmati masakan rumah yang sederhana namun luar biasa nikmatnya.
Kepergian Beliau yang tiba-tiba namun sangat "nyaman" dan "lancar", membuat saya teringat akan kepergian almarhum ayah yang juga sangat "dimudahkan" sementara orang khawatir bagaimana hidupnya akan berakhir. Saya jadi berpikir, apakah kepergian seseorang ada hubungannya dengan amal baktinya di dunia ini? Ketika seseorang hidupnya taat dan bersih, maka akhirnya pun menjadi happy ending, sementara orang yang banyak dosa akan mengalami cobaan di akhir hayatnya? Saya tidak tahu karena hal itu adalah misteri Ilahi. Saya yakin bahwa meskipun korelasi yang tercetus di benak tadi adalah sebuah analisa yang masuk akal, kehidupan ini adalah sesuatu yang tak bisa diperhitungkan secara matematis karena semuanya terlaksana sesuai rencana Tuhan. Maka saya tak berani menyimpulkan bahwa kalau kita melakukan a maka hasilnya akan jadi b. Kalau kita berlaku baik dan taat maka hasilnya akan happy ending. Ada banyak contoh orang yang baik berakhir tragis hidupnya.
Sama seperti dalam pekerjaan saya sehari-hari dalam berhubungan dengan media, kita tidak bisa mengontrol "hasil"nya, bagaimana media tersebut menerbitkan artikel atau mengudarakan hasil liputannya sehingga satu-satunya yang bisa saya kontrol adalah persiapan yang sebaik mungkin : memberikan data yang baik, membina hubungan yang baik, menyediakan narasumber yang baik, menyediakan angle berita serta statement yang baik. Semua hal yang saya sebut tadi tidak menjamin apakah berita yang keluar akan seperti yang kita inginkan, semuanya terserah dan terpulangkan kembali pada media yang bersangkutan. Semakin baik persiapan kita, tentu kita bisa lebih berharap hasilnya akan menjadi lebih baik, meskipun sekali lagi tak menjamin apa pun.
Demikian pula hidup ini dengan hubungannya dengan Sang Khalik. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin, beramal, berbuat baik, penuh keikhlasan dan tulus dalam beribadah namun semuanya tidak menjadi jaminan hasilnya seperti apa, karena yang punya kata akhir adalah Sang Pencipta.
Maka, hari ini saya diingatkan kembali untuk melakukan persiapan sebaik mungkin, karena persiapan yang baik, hasilnya bisa diharapkan akan baik juga, meskipun sekali lagi semuanya tak menjamin, karena penilaian kinerja hidup kita adalah hak prerogatif Tuhan...
Selamat jalan Tante. Rest in Peace in God.
No comments:
Post a Comment