Siang ini saya sempat membuka-buka facebook dan secara iseng melongok status teman-teman yang muncul di lembar facebook. Keisengan saya berlanjut sampai kemudian membuka profil beberapa teman dari teman saya yang kira-kira mungkin kenal. Salah satunya menuliskan status yang sangat menarik, namun karena iseng, saya juga tidak terpikirkan untuk mencatatnya. Kira-kira bunyinya,"jika pertemuan itu indah, hendaknya janganlah ada perpisahan, jika pertemanan itu suci hendaknya tidak ada dusta, jika ..." wah saya lupa. Mau balik lagi ke sana, sudah tidak ketemu. Saya menyesal sekali karena saya ingat kata-katanya sungguh indah, dan yang membuat saya kesal, justru di bagian terakhir yang hilang dari ingatan. Saya menyesalkan kenapa tidak buru-buru dicatat saja sebelum hilang.
Menyesal itu datangnya memang selalu terlambat. Sebagai seorang libra sejati, kegamangan saya sudah sampai pada taraf yang tidak hanya menyebalkan orang lain, tetapi pada diri sendiri. Sering saya terlalu lama menimbang-nimbang dan akhirnya kesempatan itu hilang. Ada yang bilang, there is always a second chance, ada yang bilang bila kesempatan pertama hilang, akan datang kesempatan lain yang lebih baik. Agama mengatakan Tuhan menjadikan segalanya baik pada waktunya. Tiba-tiba saya berpikir, ini memang benar ada kesempatan ke dua, atau semua kalimat bijak itu hanyalah cara menghibur diri belaka, ya?
Sejujurnya saya tidak tahu, karena ada juga banyak hal yang tidak pernah datang lagi, artinya janji second chance tak pernah ada. Kesempatan yang seperti ini munculnya cuma sekali, dalam waktu yang sangat terbatas, dan kalau tidak disambar, seumur hiduplenyap sudah kesempatan menggenggamnya. Kadang-kadang saya mengalami, ada kesempatan yang datang dan saya lewatkan begitu saja karena saya pikir tidak penting-penting amat, ternyata suatu saat sangat membutuhkankan kesempatan yang sudah lewat itu. Terkadang ada juga kesempatan ke "dua", yang mirip dengan yang terdahulu, namun tidak sebaik yang dulu sedang yang dulu tak pernah datang lagi.
Bagaimana caranya kita tahu bahwa kesempatan yang satu ini adalah kesempatan yang harus diambil, dilewati, atau bahkan diabaikan? Berdasarkan peringkat kepentingan? Bagaimana kita tahu hal ini penting atau tidak? Bagaimana kalau tidak penting sekarang, tapi penting nantinya? Bagaimana kita bisa tahu tentang hal-hal ini?
Kakak saya Rachmat yang sama-sama gemar membaca pernah memberi saran, "Kalau kamu suka terhadap sebuah buku, beli saja. Jangan sampai nanti kamu pulang, tapi masih terngiang-ngiang dan ketika kembali, sudah tidak ada lagi." Saya pernah berkali-kali mengabaikan sarannya karena kegamangan khas Libra saya, dan akhirnya menyesal. Tapi, kalau semua kesempatan ditangkap, bisa-bisa kita dibilang tidak tahu prioritas...
Saya pikir selama berjam-jam setelah sadar kehilangan kesempatan menemukan kembali kata-kata indah di status orang tadi. Awalnya saya mau serta merta menerapkan prinsip: kalau ada kesempatan yang muncul, tangkap peluang tersebut. Kita tidak pernah tahu kapan kesempatan itu datang lagi, atau bahkan tak pernah datang. Kalau belum terlalu memerlukannya, kita tak pernah tahu kapan kita akan memerlukannya. Masalahnya bagaimana kalau kita sudah ambil kesempatannya, ternyata datang kesempatan kedua yang lebih besar lagi, kita toh tak mungkin main tangkap, lepas, tangkap, lepas...
Akhirnya saya sadar, life is about taking responsible choices. Dalam menentukan pilihan, tentu ada yang tepat, namun pasti ada yang meleset. Yang terpenting adalah bagaimana kita bertanggung jawab dan berkomitmen terhadap pilihan yang sudah diambil.
Hari ini saya belajar bahwa faktor kunci dalam mengambil sebuah kesempatan adalah kemampuan kita menentukan pilihan yang bijaksana. Tanggung jawab dan komitmen terhadap pilihan yang telah kita ambil lah yang menjadikan kita seorang pemenang atau pecundang. Jadi, kalau seperti kejadian mis-opportunity seperti di atas, ya itu karena saya belum punya kemampuan yang mumpuni untuk mengambil pilihan yang bijaksana sehingga kehilangan kesempatan emas seumur hidup ...
No comments:
Post a Comment