Wednesday, August 11, 2010

11 Agustus 2010 : Di Hati

Tepat sebelum saya menulis blog ini, saya mengintip awal film Angels & Demons yang ditonton kerabat muda dalam bentuk dvd. Suasana meninggalnya Paus Yohannes Paulus II dijadikan inspirasi penggambaran meninggalnya paus dalam plot cerita tersebut. Kenangan saya lalu melayang saat beberapa tahun yang lalu ketika sang Gembala mangkat. Saya seperti di lem di depan televisi, dan bahkan pulan awal agar bisa mengikuti prosesi pemakamannya dari awal hingga akhir, tanpa tertinggal sebuah momen sekalipun. Paus Yohannes Paulus II adalah orang yang luar biasa, yang menyentuh hati jutaan orang, bahkan mereka yang bukan beragama Katolik sekalipun.

Ada seorang lagi yang kisahnya mirip sang Gembala. Putri Diana. Saya ingat betul waktu itu saya masih tinggal di Cinere di sebuah Sabtu pagi kurang lebih jam sembilan, ketika saya sedang duduk santai membaca koran dan mendengar kabar melalui radio bahwa Sang Putri kecelakaan. Langsung saya bangkit dan mencari beritanya di CNN dan BBC, dan sejak saat itu, saya tidak pernah meninggalkan layar kaca, kecuali kalau sedang ke belakang dan mandi. Sama seperti Sri Paus, saya mengikuti detik-detik upacara pemakamannya hingga televisi menutup liputan panjangnya mengenai Sang Putri.

Ke dua tokoh ini merupakan inspirasi dan "guru" saya dalam berbagai hal. Sri Paus memberikan contoh bagaimana hidup berwawasan luas dan hidup bertoleransi yang tinggi, sedang Putri Diana menunjukkan kepada saya berbagai ilmu komunikasi dan kehumasan yang tidak pernah diajarkan oleh seorang ahli komunikasi mana pun di dunia ini. Sang Putri bahkan menunjukkan contoh mana praktek yang salah dan mana yang jitu, secara live, di depan mata jutaan orang. Bahkan pada saat mereka tiada, mereka masih memberikan pelajaran hidup luar biasa bagaimana seseorang yang hidupnya penuh kontroversi, meninggalkan jejak yang dicintai berbagai bangsa di seluruh dunia. Begitu dalam jejak yang ditinggalkan sehingga masyarakat merasa kehilangan padahal sebagian besar dari mereka, termasuk saya tak pernah mengenal kedua tokoh ini secara pribadi. Kemampuan komunikasi mereka yang luar biasa membuat saya seolah mengenal mereka secara dekat dan personal.

Sepuluh tahun setelah Sang Putri tiada, kedua anaknya menggelar sebuah konser yang dihadiri puluhan ribu orang di Stadion Wembley. Di stadion yang sama puluhan tahun lalu, Sang Putri pernah hadir dalam sebuah konser. Dalam pagelaran tersebut diputar berbagai video yang menunjukkan berbagai karya kemanusiaan Putri Diana, hadir juga orang-orang serta yayasan yang pernah tersentuh tangannya dan lagu-lagu serta artis yang mengisi acara adalah favorit Sang Putri. Selama pertunjukan lebih dari 4 jam itu, tampak jelas kecintaan rakyatnya terhadap mendiang Putri Wales tak lekang oleh waktu.

Bila ingin menarik lebih jauh, ada beberapa orang yang ribuan tahun meninggalkan dunia, masih memberi pengaruh yang luar biasa hebatnya dalam hidup keseharian kita. Mereka diantaranya adalah Yesus Kristus, Nabi Mohammad dan Buddha Gautama. Semalam, ketika menonton ulang Percy Jackson and the Lightning Thief, saya terngiang akan sebuah dialog pertemuan antara Percy dan ayahnya, Dewa Posseidon. Sang Dewa dilarang oleh Dewa Zeus untuk menengok anaknya yang separuh manusia karena dikhawatirkan akan menghilangkan fokusnya sebagai pengatur dan penyelaras dunia, namun Sang Dewa mengatakan pada puteranya : "Hanya karena aku tidak ada secara fisik bersamamu, tidak berarti bahwa aku tidak bersamamu."

Saya mengamini pernyataan itu karena secara spiritual saya bisa merasakan kehadiran mereka saat saya bertemu dalam doa. Setiap hari saya berkomunikasi dengan Allah, dengan Kristus dan dengan Bunda Maria, dan setiap saat saya melambungkan doa, saya merasakan kehadiran mereka. Sayangnya, saya ini termasuk anak bebal. Yang kadang ingat, dan kadang tak ingat. Dan parahnya lagi, saya ini termasuk yang suka lama tidak ingat. Kalau lagi senang lupa, kalau lagi susah baru ingat, kalau lagi nyaman lupa, kalau lagi sakit baru ingat. Perkataan sang ayah pada puteranya tiba-tiba menyadarkan saya bahwa walaupun saya sering ingat lupa, ternyata "yang di atas" tidak pernah lupa. Pagi tadi saya kemudian memulai lagi ritual doa yang sudah beberapa tahun tidak saya lafalkan, dan seketika itu juga saya bisa merasakan kehadiran Yang Mahakuasa, dan saya merasakan kedamaian di dalamNya.

Sebenarnya saya sudah mendengar hal ini ribuan kali, bahwa Tuhan selalu ada, Tuhan tak pernah meninggalkan kita, namun hari ini saya dibukakan mata dengan pengalaman batin sendiri, membuktikan bahwa itu benar adanya. Saya sekaligus, sekali lagi, diberi pengertian bahwa orang-orang tercinta yang tidak bersama kita, baik yang masih ada maupun yang sudah meninggal, ternyata tidak kemana-mana: mereka tinggal dalam hati kita. Adalah kita yang mengusir mereka pergi karena sakit hati, namun sebenarnya mereka tetap ada kalau saja kita mau mengundang mereka kembali dalam hati kita. Tiba-tiba saya mengalami keindahan yang luar biasa. Ketika kita terpisah secara fisik - baik karena meninggal atau karena berpisah, ternyata mereka masih tetap bersama kita, dalam hati kita. Bahwa sebenarnya saya tak pernah kehilangan siapa pun dalam hidup ini, karena mereka tetap ada di hati.

Hari ini saya belajar bahwa saya lah yang memiliki "kendali" jauh dekatnya orang-orang dalam hidup saya. Saya bisa jauh dari mereka, atau bisa dekat dengan mereka, semuanya tergantung saya sendiri. Jadi kalau ada yang mengeluh bahwa Tuhan meninggalkan dia, yang sebenarnya terjadi adalah dia tidak menyadari bahwa dia lah yang menjauhi Tuhannya...

No comments: